Jumat, 21 Agustus 2015

KMD FKIP GELOMBANG 3














KAK MULAT

PURWOREJO ASLI, PRODI PGSD

KORELASI PENGIMPLEMENTASIAN TRI BINA DAN TRI DHARMA

Tahap terakhir dari proses pendidikan kepramukaan bagi kaum muda adalah pendidikan Pramuka Pandega. Usia dan sebutan pada kaum muda yang menjadi peserta didik pada tahap terakhir ini dari waktu ke waktu dan pada negara yang satu dengan yang lain tidaklah sama. Sebutan yang dipakai oleh Baden Powell (pendiri Gerakan Kepanduan/Scout) adalah Rover.  Sebutan ini kemudian dipakai oleh kepanduan di negara-negara pengguna bahasa Inggris dan WOSM. Di Indonesia pada waktu yang lalu digunakan istilah Penuntun. Sesudah kepanduan di Indonesia dilebur menjadi Gerakan Pramuka, maka Pramuka pada usia Rover dibagi menjadi Pramuka Penegak (usia 16 sampai dengan 20 tahun) dan Pramuka Pandega (usia 21 sampai dengan 25 tahun).
Pada Perguruan Tinggi di Indonesia, walaupun ada mahasiswa yang berusia di bawah 21 tahun, hanya ada Racana Pandega. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan jenjang terakhir dari hirarki pendidikan formal mempunyai tiga missi yang diemban yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat atau lebih dikenal dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Tiga missi yang diembankannya tersebut bukanlah missi yang ringan untuk direalisasikan. Missi pendidikan di Perguruan Tinggi merupakan proses berlangsungnya pewarisan ilmu pengetahuan dari satu generasi ke generasi berikutnya, agar dengan demikian proses alih generasi juga diikuti dengan proses alih ilmu pengetahuan dalam arti luas. Kemudian untuk menghindari stagnasi ilmu pengetahuan yang berorientasi pada tuntutan zaman, maka dalam proses berlangsungnya pewarisan ilmu pengetahuan membutuhkan pengembangan konsep atau teori ke arah konsep atau teori yang lebih baik. Usaha pengembangan teori atau konsep dilaksanakan secara sistematis dan melalui prosedur ilmiah, kegiatan ini disebut penelitian. Usaha pewarisan dan pengembangan ilmu pengetahuan oleh perguruan tinggi harus senantiasa memiliki pijakan dan relevansi dengan kondisi masyarakat. Usaha memformulasikan peran Perguruan Tinggi dalam dinamika masyarakat inilah yang lebih dikenal dengan nama pengabdian masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
KORELASI TRI BINA PRAMUKA PANDEGA DAN
TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI

A.    TRI BINA PRAMUKA PANDEGA
  1. Pengertian Pandega
Pandega adalah golongan Pramuka setelah Penegak. Anggota Pramuka yang termasuk dalam golongan ini adalah yang berusia dari 21 tahun sampai dengan 25 tahun. Pramuka Pandega memiliki jenis kegiatan yang sama dan dilakukan bersama-sama dengan Pramuka Penegak. Pembinaan Pramuka Pandega dilakukan mulai dari tingkat Gugusdepan dalam satuan yang disebut Racana, dan di tingkat Kwartir dapat mengikuti Satuan karya dan Dewan Kerja.[1]
2. Unsur-unsur Tri Bina Pramuka Pandega
a)      Bina Diri (Kepentingan Pribadi)
Pandega berusaha sendiri meningkatkan keterampilannya dan kemampuannya sehingga dapat lebih banyak membantu dirinya agar dapat mandiri, maka Pandega terus berlatih dan melakukan kegiatan lainnya dengan mengikuti pendidikan bagi orang dewasa baik di dalam maupun di luar Gerakan Pramuka, sehingga dapat memperkaya pengetahuan, pengalaman, dan keterampilannya.
Contoh kegiatan bina diri:
  1. Mengikuti Kegiatan/ Pelatihan/ Kursus yang diselenggarakan oleh Kwartir :
a. Kursus Umum (KMD dan KML)
b. Kursus Khusus (KPD, dll)
  1. Mengikuti Kegiatan/ Pelatihan / Kursus yang diselenggarakan  Instansi TNI, POLRI, Dinas terkait.
b)      Bina Satuan (Kepentingan Kaderisasi Gerakan Pramuka)
Pandega merupakan pasangan kerja sepengabdian bagi para Pembina Pramuka, sehingga Pandega terus berlatih dan melakukan kegiatan lainnya untuk berperan serta dalam penyelenggaran latihan dan kegiatan di tingkat Kwartir serta perorangan atau bersama-sama serta memberikan bantuan kepada Kwartir dan berusaha untuk menambah jumlah Pembina Pramuka.
Contoh Kegiatan Bina Satuan
1. Membantu Kegiatan Kwartir
2. Sebagai Pembina / Pembantu Pembina di Gugusdepan
c)      Bina Masyarakat (Citra Gerakan Pramuka)
Pandega diharapkan sudah memiliki kepribadian yang kuat sehingga jiwa baktinya diamalkan untuk kepentingan umum, Pandega terus berlatih dan melakukan kegiatan lainnya untuk mencari dan membuat kesempatan untuk dapat membaktikan dirinya kepada masyarakat, secara perorangan atau bersama-sama.
Pramuka Pandega diarahkan untuk mengembangkan kepemimpinannya, dengan menganjurkan berperan dalam masyarakat sebagai peneliti, penyuluh, penggerak, pelopor dan pemimpin masyarakat, sehingga di kemudian hari dapat berperan sebagai pemimpin bangsa dan negara.
Contoh Kegiatan Bina Masyarakat:
1. Bina Desa
2. Bakti masyarakat
3. Pengelolaan Lingkungan
4. Gerakan Penghijauan
5. Pengelola Perpustakaan Desa
6. Perbaikan Jalan Raya[2]
TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI
Foto Penerimaan Tamu Racana Fatahillah Nyi Mas Gandasari
Foto Penerimaan Tamu Racana Fatahillah Nyi Mas Gandasari Tahun 2010
Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan jenjang terakhir dari hirarki pendidikan formal mempunyai tiga missi yang diemban yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat atau lebih dikenal dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Dalam UU sisdiknas pasal 20 ayat 3 menerangkan bahwa kewajiban perguruan tinggi terdiri dari tiga hal yaitu:
1.      Pendidikan
Dharma yang pertama adalah pendidikan, H.A.R. Tilaar mengatakan bahwa pendidikan adalah proses pembudayaan. Sedangkan menurut YB Mangunwijaya pendidikan adalah ‘belajar sejati’, yakni mengantar dan menolong anak didik untuk mengenal dan mengembangkan potensi-potensi dirinya agar menjadi manusia yang mandiri, dewasa, dan utuh. Tujuan pendidikan menurut Paolo Freire adalah memanusiakan manusia. Oleh karena itu universitas bukan hanya wahana transfer ilmu pengetahuan akan tetapi bertujuan membentuk manusia yang intelektual, bermoral, berbudaya, serta berkepribadian dewasa.
Elemen birokrat dan dosen harus mampu menyadari dan menginterpretasikan hakikat mendidik dan mengarahkan peserta didik. Mahasiswa harus menyadari dan kritis bagaimana ia dididik dan diarahkan kepada pengenalan potensi diri. Model pendidikan konservatif seperti dosen mengajar dan murid belajar, lalu dosen adalah penentu segala-galanya sangatlah tidak tepat. KH Ahmad Dahlan mengatakan bahwa jika seseorang menjadi guru maka ia belajar untuk menjadi murid”, artinya dosen harus mau belajar dari mahasiswa dan mahasiswa harus mau belajar dari dosen. Dosen berhak mengajar mahasiswa namun mahasiswa berhak mengkritik dosen tentunya sesuai dengan etika moral yang berlaku.
2.      Penelitian
Dharma yang kedua adalah penelitian, Kata ‘penelitian’ dalam bahasa Inggris adalah ‘research’ yang merupakan gabungan dua kata yaitu ‘re’ (kembali) dan ‘search’ (mencari), sehingga arti kata penelitian adalah mencari kembali. T. Hillway dalam buku introduction to research menjelaskan bahwa “penelitian adalah penyelidikan secara hati-hati dan sempurna atas sebuah masalah, sehingga ditemukan pemecahannya”.
Woody mendefinisikan penelitian sebagai metode menemukan kebenaran dengan berpikir kritis. Inti dari penelitian adalah kemampuan memecahkan masalah. Semakin kompleksnya permasalahan yang dialami dunia baik sosial maupun sains menjadi tantangan kaum intelektual untuk memecahkannya. Mahasiswa dituntut secara keilmuan untuk bisa memecahkan permasalahan-permasalahan baik saat ini maupun masa datang.
3.      Pengabdian
Dharma ketiga adalah pengabdian kepada masyarakat, masyarakat merupakan elemen pembentuk sebuah negara, disanalah berbagai permasalahan seringkali timbul. Dunia akademik dibangun bersumber dari masyarakat, oleh sebab itu arahan yang terpenting dalam pembangunan keilmuan adalah efek untuk masyarakat. Output mahasiswa adalah bagaimana ia bisa menerapkan pengetahuan dan skil yang dimiliki untuk pemberdayaan masyarakat. Ideologi nilaisme dan kerjaisme masih menjadi hal dominan yang dipahami mahasiswa ketika belajar di perguruan tinggi. Padahal hakikat belajar di perguruan tinggi bukan hanya sebuah nilai maupun mendapatkan pekerjaan yang dikehendaki, yang paling esensial adalah bagaimana pengetahuan yang didapat di bangku kuliah bisa diimplementasikan untuk mengatasi persoalan masyarakat.
Ketika sebuah Universitas mengklaim sebagai wahana kebebasan akademik maka ini merupakan konsekuensi logis untuk menanamkan tri darma perguruan tinggi. Kebebasan akademik menurut William W.Brickman, adalah hak seorang dosen untuk mengajar, serta hak seorang mahasiswa untuk belajar tanpa adanya pembatasan dan pencampuran dengan hal-hal yang tidak rasional. Tanpa kebebasan maka tri darma tidak akan berjalan efektif, namun setelah kebebasan terwujud maka tri darma harus ditanamkan dan dioptimalkan.
Dan dapat disimpulkan bahwa majunya peradaban bangsa ditandai dengan majunya pendidikan, penelitian, dan pengabdian.[1]
B.     KORELASI PENGIMPLEMENTASIAN TRI BINA DAN TRI DHARMA
Dari penjelasan di atas tentang Tri Bina Pramuka Pandega dan Tri Dharma Perguruan Tinggi, dapat kita simpulkan bahwa korelasi antara keduanya sangatlah kental. Pramuka pandega yang berpangkalan di perguruan tinggi memiliki tujuan serta misi yang sama dengan Perguruan Tinggi yang bersangkutan.
Bina Diri dengan pendidikan adalah dua aspek yang tidak dapat dipisahkan, dimana Pramuka Pandega terus berupaya untuk mencari berbagai ilmu baik di dalam maupun di luar Gerakan Pramuka, sehingga dapat memperkaya pengetahuan, pengalaman, dan keterampilannya agar dapat membantu dirinya menjadi mandiri.
Pada tahap Bina satuan, di samping dapat membantu Gerakan Pramuka baik dalam hal pengelolaan Kwartir maupun Gugusdepan, Pandega merupakan pasangan kerja sepengabdian bagi para Pembina Pramuka. Dan ini tidak dapat kita lepaskan dengan penelitian, karena setelah Pandega mampu membina dirinya sendiri maka pandega dituntut mampu memecahkan masalah yang dihadapinya baik masalah di lingkungan Pramuka maupun di luar Pramuka, baik dalam tingkat gugusdepan maupun sampai ke tingkat ranting bahkan cbang dan nasional, dan untuk memecahkan masalah tersebut harus dilakukannya penelitian (research).
Contoh kecil, ketika Pandega mengajar Pramuka (Bina Satuan) satuan siaga misalnya di Sekolah Dasar yang didalamnya terhimpun bermacam jenis watak anak dri baerbagai suku, maka pandega harus mampu mengkoordinir dan memimpin serta mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh satuan terssbut. Dan sebelum melakukan pemecahan masalah pandega harus meneliti problematika apa dan kendala apa yang dihadapi sehingga munculnya permasalahan. Sama halnya ketika seorang mahasiswa sedang mempelajari Biologi tentang “mengapa ikan bandeng tidak hidup di air laut?” maka untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut haruslah dilakukan penelitian tentang ika bandeng.
Bina masyarakat yang ada dalam Tri Bina Pramuka Pandega dengan pengabdian masyarakat yang ada dalam dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah dua hal yang bukan berbeda. Kedua-duanya sama-sama mengedepankan implementasi pengabdian masyarakat. Jika Pramuka Pandega diharapkan sudah memiliki kepribadian yang kuat sehingga jiwa baktinya diamalkan untuk kepentingan umum dan lebih mengutamakannya daripada kepentingan pribadi, serta mencari dan membuat kesempatan untuk dapat membaktikan dirinya kepada masyarakat, secara perorangan atau bersama-sama. Pramuka Pandega diarahkan untuk mengembangkan kepemimpinannya, dengan menganjurkan berperan dalam masyarakat sebagai peneliti, penyuluh, penggerak, pelopor dan pemimpin masyarakat, sehingga di kemudian hari dapat berperan sebagai pemimpin bangsa dan negara.
Maka Perguruan Tinggi membentuk insan akademik intelektualis yang dapat mempertanggungjawabkan kualitas keilmuannya dan membentuk insan akademis yang mengabdi (sensitif/ involve) terhadap masyarakat. maka kebebasan belajar (freedom to learn) harus diartikan secara luas, yaitu tidak hanya terbatas pada dinding-dinding kampus, akan tetapi juga kebebasan untuk mempelajari persoalan-persoalan yang ada di luar dinding-dinding kampus (masalah riil dalam masyarakat).
Di manapun kita belajar, akhir keberhasilan kita ialah ketika kita mampu terjun langsung ke dalam masyarakat, dengan landasan ini lah maka baik pramuka maupun perguruan tinggi sangat mengedepankan pengabdian masyarakat. Pramuka peduli, penghijauan, desa binaan, taman baca, bakti sosial, mahasiswa anti narkoba, seminar-seminar tentang kesehatan, pelatihan-pelatihan tentang kewira usahaan dan kegiatan lainnya sering dilakukan dan di selenggarakan oleh kedua lembaga ini (Pramuka dan Perguruan Tinggi) tidak lain hanya ditujukan untuk pengabdian masyarakat umum agar masyarakat dapat mencicipi dan merasakan betapa Pramuka dan Perguruan Tinggi sangatlah peduli dan menjunjung tinggi masyarakat sekitar untuk terus maju berkembang.
BAB III
KESIMPULAN
Baik perguruan tinggi maupun pramuka pandega sama-sama berorientasi mencetak peserta didiknya menjadi insan kamil; berpendidikan, berwawasan luas, berbudi luhur serta bermanfaat bagi masyarakat umum. Ini terbukti karena:
  1. Mahasiswa di perguruan tinggi/ Pramuka Pandega merupakan masa pengabdian dan pengembangan kepemimpinan.
  2. Mahasiswa di perguruan tinggi / Pramuka Pandega diharapkan sudah memiliki kepribadian yang kuat sehingga jiwa baktinya diamalkan untuk kepentingan umum (Bina Masyarakat)
  3. Mahasiswa di perguruan tinggi / Pramuka Pandega diharapkan mempunyai sikap lebih mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi (Bina Masyarakat)
  4. Mahasiswa di perguruan tinggi/ Pramuka Pandega berusaha sendiri meningkatkan keterampilannya dan kemampuannya sehingga dapat lebih banyak membantu dirinya agar dapat mandiri (Bina Diri )
  5. Mahasiswa di perguruan tinggi/ Pramuka Pandega selalu berusaha mencari dan membuat kesempatan untuk dapat membaktikan dirinya kepada masyarakat, secara perorangan atau bersama-sama.
  6. Mahasiswa di perguruan tinggi/ Pramuka Pandega Pramuka Pandega diarahkan untuk mengembangkan kepemimpinannya, dengan menganjurkan berperan dalam masyarakat sebagai peneliti, penyuluh, penggerak, pelopor dan pemimpin masyarakat, sehingga di kemudian hari dapat berperan sebagai pemimpin bangsa dan negara.
DAFTAR PUSTAKA

Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Pramuka_Pandega di unduh pada hari Kamis, 26 Mei 2011 jam 10:30
Dewan Kerja Daerah, Hand Out_ Pembinaan Pramuka Pandega
Http://Brotherkecil99.Blogspot.Com/2011/03/Artikel-Tri-Darma-Perguruan-Tinggi.Html