Minggu, 19 Oktober 2014
Kegiatan Pramuka Untuk Mewujudkan Kesadaran Bela Negara
Kegiatan Pramuka Untuk Mewujudkan Kesadaran Bela Negara
|
Selasa, 28 Mei 2013 09:28:24 - Oleh : admin - Dibaca : 549 |
Home » Internal » Kegiatan Pramuka Untuk Mewujudkan Kesadaran Bela Negara |
KODAM VI/MULAWARMAN (28/5),- Kasdam VI/Mulawarman
Brigjen TNI Wiyarto, S.Sos., bertindak sebagai Irup pada upacara pembukaan
kegiatan Pelatihan Kader Pelatih Saka Wira Kartika yang berlangsung di aula Yonif
600/Raider Jln. Mulawarman Manggar
Balikpapan, Senin (27/5).
Kegiatan
ini direncanakan akan berlangsung selama 5 (lima) hari terhitung mulai tanggal 27 s.d 31 Mei 2013
yang diikuti 43 orang peserta diantaranya Kodim 0901/Samarinda 8 (delapan)
orang, Kodim 0905/Balikpapan 8 (delapan)
orang, dari Kodim 0904/Tanah Grogot 6 (enam) orang, Kodim 0906/Tenggarong 6 (enam)
orang, Yonif 600/Raider 5 orang, Denzipur-7/Yudha Dharma 5 (lima) orang dan
Denkav-1/Macan Tutul Cakti 5 (lima) orang.
Dalam
sambutan tertulis Pangdam VI/Mulawarman Mayjen TNI Dicky Wainal Usman, S.IP. M.Si.,
yang dibacakan oleh Kasdam VI/Mulawarman menyampaikan bahwa Pembinaan Pramuka
merupakan salah satu wujud kepedulian TNI-AD pada umumnya dan Kodam VI/Mulawarman
pada khususnya untuk berusaha membangkitkan, mendorong, mengarahkan serta
mengendalikan, keinginan semangat dan daya
masyarakat terutama bagi generasi muda dalam mewujudkan kesadaran bela
Negara.
Maksud
diselenggarakannya kegiatan Pelatihan Kader Pelatih Saka Wira Kartika ini agar
para peserta pelatihan lebih memahami tentang eksistensi Saka Wira Kartika,
sehingga memberikan rasa semakin mencintai dan memiliki rasa tanggungjawab
terhadap pembinaan Pramuka Saka Wira Kartika.
Kasdam
juga menyampaikan bahwa Satuan Karya Wira Kartika adalah bagian dari Gerakan
Pramuka Nasional yang merupakan lembaga pendidikan non formal sekaligus
menunjang pendidikan di lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah.
Sebelum
mengakhiri sambutannya Kasdam VI/Mulawarman mengharap kepada peserta pelatihan agar menyimak seluruh penyampaian
para Pelatih masing-masing Krida untuk selanjutnya benar-benar dapat
mengimplementasikan dalam rangka mendukung
optimalisasi pelaksanaan dalam pembinaan
Pramuka Saka Wira Kartika di satuannya masing-masing.
Hadir dalam kegiatan tersebut Irdam VI/Mlw, para
Asisten, para Kabalak dan Komandan Satuan.
http://www.tni.mil.id/view-49588-kegiatan-pramuka-untuk-mewujudkan-kesadaran-bela-negara.html
|
Pramuka Ikut Latihan Bela Negara
Anggota Pramuka Ikut Latihan Bela Negara
Rabu, 30/04/2014 - 08:31
PERSONEL Batalyon Kavaleri (Yonkav) 8/2 Kostrad saat memberikan materi bela negara terhadap anggota pramuka.*
Dalam kegiatan ini, Batalyon Kavaleri 8/2 Kostrad bekerja sama dengan pengurus Dewan Kerja Ranting (DKR) Kec. Sukorejo Pasuruan dalam rangka terus memantapkan program teritorial dan pembinaan para pemuda di Kota Pasuruan. Selama kegiatan pelatihan yang berlangsung di Asrama Yonkav 8/2 Kostrad ini, para peserta Pramuka dibina dan dilatih oleh Prajurit Yonkav 8/2 Kostrad dengan berbagai macam materi pelajaran, baik yang bersifat teori maupun praktik.
Adapun beberapa materi yang diajarkan dan dilatihkan meliputi teori Bela Negara dan Wawasan Kebangsaan yang bertujuan untuk meningkatkan Wawasan kebangsaan dan Nasionalisme para pemuda, sesuai dengan tujuan dan sasaran dari pelaksanaan kegiatan pelatihan ini. Disamping materi tersebut, beberapa materi pengenalan ilmu dasar kemiliteran juga diberikan kepada para peserta pelatihan Pramuka tersebut diantaranya pengenalan materi PBB, PPM, Navigasi Darat (kompas siang dan kompas malam), Gerakan dasar perorangan (5M), Survival, Jurit malam, Pionir, Menyamar, Mountenering sampai dengan pengenalan senjata dan kendaraan tempur yang dimiliki oleh satuan Yonkav 8/2 Kostrad.
Tidak lupa materi tambahan yaitu penanggulangan bencana alam juga disampaikan berkaitan dengan seringnya terjadi bencana alam yang tidak terduga di negara kita ini sehingga materi ini dianggap sangat perlu diketahui oleh para peserta pelatihan dengan harapan dapat berguna di masa yang akan datang.
Kegiatan pelatihan ini sangat bermanfaat dan mendapatkan respon yang sangat tinggi dari para peserta pelatihan. Hal ini terlihat dari semangat dan antusias yang sangat tinggi dari seluruh peserta pelatihan dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dan materi yang disajikan oleh penyelenggara dalam hal ini Satuan Yonkav 8/2 Kostrad.
Sampai pada saat kegiatan pelatihan ini ditutup oleh Komandan Batalyon Kavaleri 8/2 Kostrad, semua rangkaian kegiatan pelatihan berjalan lancar dan aman. Dalam amanatnya pada upacara penutupan pelatihan ini, Danyonkav 8/2 Kostrad mengucapkan terima kasih dan selamat kepada para pelatih/pembina dan kepada para peserta pelatihan yang sudah melaksanakan kegiatan ini dengan semangat dan penuh rasa tanggung jawab sehingga tujuan dan sasaran dari pelatihan ini dapat tercapai.
Besar harapan Danyonkav 8/2 Kostrad agar kegiatan seperti ini dapat terus dipertahankan dan lebih dikembangkan lagi kedepannya bahkan bisa sampai kepada tingkat Nasional, sehingga para pemuda Indonesia akan semakin tangguh dan memiliki Nasionalisme yang tinggi terhadap bangsanya yang kelak akan menjadi penerus cita cita bangsa Indonesia.(Mun/A-147)***
BELA NEGARA DALAM GERAKAN PRAMUKA
BUKU PANDUAN PENDIDIKAN PENDAHULUAN BELA NEGARA DALAM GERAKAN PRAMUKA
by mysuhendi
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum
a. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun1993 bahwa Pendidikan Nasional harus menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa pahlawan, serta berorientasi masa depan.
b. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan serta cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan Negara.
c. Anggota Gerakan Pramuka sebagai bagian generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan merupakan salah satu sumber insani bagi pembangunan nasional baik pembangunan kesejahteraan maupun pembangunan pertahanan keamanan. Oleh karena itu perlu ditingkatkan upaya pembinaan dan pengembangan pendidikan kepramukaan secara terus menerus dalam rangka sistem pendidikan nasional yang sekaligus mencakup Pendidikan Pendahuluan Bela Negara.
d. Gerakan Pramuka merupakan suatu lembaga pendidikan luar sekolah menunjang pendidikan di lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah yang mempunyai tujuan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh Pendidikan Pendahuluan Bela Negara.
2. Maksud dan tujuan
Buku panduan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara dalam Gerakan Pramuka ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi semua pihak yang terkait dalam penyelenggaran PPBN dalam Gerakan Pramuka, dengan tujuan agar diperoleh kesatuan pengertian, sikap dan tindakan sehingga pelaksanaan PPBN dalam Gerakan Pramuka berjalan secara efektif dan efisien.
3. Tata Urut
Tata urut pembahasan dalam buku pedoman ini meliputi:
a. Pendahuluan
b. Pokok-pokok PPBN dalam Gerakan Pramuka
c. Penyelenggaraan PPBN dalam Gerakan Pramuka
d. Tolok ukur keberhasilan, tanda-tanda keberhasilan, pembiayaan, pengendalian dan evaluasi PPBN
e. Penutup
4. Pengertian
a. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang
b. Gerakan Pramuka adalah gerakan pendidikan kepramukaan Nasional Indonesia, merupakan satu-satunya badan yang melaksanakan pendidikan kepramukaan bagi anak dan pemuda Indonesia dalam rangka membantu pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk membentuk kader pembangunan yang siap melaksanakan pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
c. Pendidikan Pendahuluan Bela Negara adalah pendidikan dasar bela negara guna menumbuhkan kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai Ideologi Negara, kerelaan berkorban untuk Negara serta memberikan kemampuan awal bela negara.
d. Bela Negara adalah tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, serta berkeyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai Ideologi Negara dan kerelaan berkorban guna meniadakan setiap ancaman, baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri, yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi nasional serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
5. Dasar
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Ketetapan MPR No. II/MPR/1993, tentang Garis-garis Besar Haluan Negara
c. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 yang telah disempurnakan melalui Undang-undang Nomor 1 Tahun 1988, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia.
d. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
e. Keputusan Presiden RI Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka junto Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1989 tentang Anggaran Dasar Gerakan Pramuka.
f. Kesepakatan Bersama antara Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Menhankam RI Nomor 153 Tahun 1986 dan Kep/12/IX/1986 tanggal 15 September 1986, tentang upaya peningkatan PPBN di lingkungan Gerakan Pramuka.
g. Pedoman Bersama antara Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Dirjen Persmanvet Dephankam Nomor 045 Tahun 1988 dan 006/III/1988, tentang Pokok-pokok Pelaksanaan Kesepakatan antara Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka dan Menhankam.
h. Keputusan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 103 Tahun 1983, tentang Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.
i. Surat Edaran Menteri Pertahanan Keamanan RI Nomor SE/007/M/III/1988 tanggal 1 Maret 1988, tentang Pokok-pokok Upaya Penyelenggaraan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara.
j. Surat Keputusan Dirjen Persmanvet Dephankam Nomor Skep/08/IV/1990 tanggal 2 April 1990, tentang Pengesahan Buku Petunjuk Penyelenggaraan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara.
BAB II
POKOK-POKOK
PENDIDIKAN PENDAHULUAN BELA NEGARA
DALAM GERAKAN PRAMUKA
6. Kedudukan PPBN
a. Dalam UU RI Nomor 20 Tahun 1989 dan Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1988, tentang Garis-garis Besar Haluan Negara ditetapkan bahwa hak dan kewajiban warganegara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya bela negara diselenggarakan antara lain melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara sebagai bagian tidak terpisahkan dalam Sistem Pendidikan Nasional yang pelaksanaannya melalui jalur pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah.
b. Dengan demikian maka PPBN dalam Gerakan Pramuka adalah salah satu pelaksanaan PPBN di lingkungan pendidikan luar sekolah.
7. Hakikat PPBN
Hakikat PPBN adalah upaya bangsa agar sedini mungkin setiap warga negara memiliki nasionalisme dan patriotisme yang tangguh guna menjamin tetap tegaknya negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta terpeliharanya kelangsungan dan kesinambungan Pembangunan Nasional mencapai Tujuan Nasional.
8. Tujuan PPBN
a. Tujuan Umum PPBN adalah mewujudkan warga negara Indonesia yang memiliki tekad, sikap, dan tindakan yang teratur,menyeluruh, terpadu dan berlanjut guna meniadakan setiap ancaman baik dariluar maupun dari dalam negeri yang membahayakan Kemerdekaan dan Kedaulatan Negara,kesatuan dan Persatuan Bangsa,keutuhan wilayah dan yurisdiksi nasional serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
b. Tujuan Khusus PPBN dalam Gerakan Pramuka adalah agar para Pelatih dan Pembina Pramuka dapat meningkatkan upaya pembinaan secara lebih efektif dan efisien dengan sasaran yang lebih kongkrit demi terciptanya generasi muda yang sehat, cerdas dan berkarakter.
9. Sasaran
Sasaran Pendidikan Pendahuluan Bela Negara dalam Gerakan Pramuka adalah terwujudnya warga Pramuka yang mengerti,menghayati dan yakin untuk menunaikan kewajibannya dalam upaya bela negara, dengan ciri-ciri:
a. Cinta Tanah Air
Yaitu mengenal dan mencintai wilayah Nasionalnya sehingga selalu waspada dan siap membela Tanah Air Indonesia terhadap segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara oleh siapapun dan dari manapun dengan menanamkan dan menumbuhkan kecintaan kepada tanah air sehingga diharapkan setiap warga Pramuka akan mengenal dan memahami:
1) Wilayah Nusantara dengan baik
2) Memelihara, melestarikan, dan mencintai lingkungannya
3) Senantiasa menjaga nama baik dan mengharumkan negara Indonesia di mata dunia.
b. Sadar berbangsa dan bernegara Indonesia
Sadar berbangsa dan bernegara Indonesia dalam bentuk tingkah laku, sikap dan kehidupan secara pribadi dalamkehidupan sesuai dengan keribadian bangsa selalu mengkaitkan dirinya dengan pencapaian cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia, membina kesadaran, kesatuan dan persatuan, mencintai budaya bangsa dan selalu mengutamakankepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan.
c. Yakin akan kesaktian Pancasila sebagai Ideologi Negara
Yakin akan kesaktian Pancasila sebagai satu-satunya falsafah dan Ideologi bangsa dan negara, yang telah terbukti kesaktiannya dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara, guna tercapainya tujuan nasional.
Terwujudnya rasa yakin akan kesaktian Pancasila sebagai Ideologi negara dapat dicapai dengan menumbuhkan:
1) Kesadaran bahwa tanpa Pancasila keberadaan negara kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 dengan sendirinya akan terancam.
2) Kesadaran bahwa dengan mengamalkan Pancasila dalamkehidupan sehari-hari negara dan bangsa Indonesia akan tetap terpelihara keutuhannya dan terjaga keamanannya.
3) Kesadaran bahwa setiap pertentangan dalamkehidupan berbangsa dan bernegara dapat diselesaikan dengan musyawarah/mufakat sesuai demokrasi Pancasila.
4) Kesadaran bahwa Pancasila sebagai Ideologi negara dapat meniadakan setiap ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan baik dari dalam maupun dariluar negeri.
d. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara
Rela berkorban untuk bangsa yaitu rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan harta benda untuk kepentingan umum sehingga pada saatnya siap mengorbankan jiwa dan raga bagi kepentingan bangsa.
Rela berkorban untuk negara adalah rela berbakti tanpapamrih yang diberikan oleh seorang warga negara terhadap tanah airnya dengan penuh kesadaran, keikhlasan, dan tanggung jawab utnuk mempertahankan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara Republik Indonesia.
e. Memilikikemampuan awal untuk Bela Negara
Secara psikis (mental) memiliki sifat-sifat disiplin, ulet,kerja keras, percaya akan kemampuan sendiri, jujur, dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan nasional.
Secra fisik (jasmaniah) memiliki kondisi kesehatan dan keterampilan yang dapat mendukung kemampuan awal bela negara yang bersifat psikis.
BAB III
PENYELENGGARAAN
PENDIDKAN PENDAHULUAN BELA NEGARA
DALAM GERAKAN PRAMUKA
10. Subyek
Subyek pembinaan PPBN dalam Gerakan Pramuka adalah Pembinaan Pramuka
11. Obyek
Obyek pembinaan PPBN dalam Gerakan Pramuka adalah seluruh anggota Gerakan Pramuka
12. Materi PPBN dalam Gerakan Pramuka
a. Kecintaan pada tanah air
Setiap anggota Gerakan Pramuka yang mencitai tanah airnya minimal akan diwujudkan dalam kecintaan terhadap lingkungan sendiri, selalu waspada dan gigih membela lingungannya terhadap segala bentuk ancaman yang pada akhirnya akan mempengaruhi/membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara
Untuk mewujudkan hal tersebut diberikan materi-materi antara lain:
1) Lingkungan hidup
Diarahkan untuk memperoleh kesadaran guna melestarikan lingkungan hidup, mencegah pencemaran lingkungan,bahaya kebakaran, menggalakkan penghijauan, penghematan energi dan pemanfaatan sumberdaya alam secara bertanggung jawab.
2) Kewaspadaan nasional
Diarahkan kepada penangkalan terhadap segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan, antara lain: bahaya laten PKI, ekstrim kiri/kanan dan ekstrim lainnya, bahaya narkotika, pengaruh buruk minuman keras dan lain-lain.
3) Pengenalan tanah air
Diarahkan kepada pengetahuan tentang letak dan luas tanah air Indonesia (Nusantara) beserta kekayaan sumber daya alamnya.
b. Kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia
Kesadaran berbangsa Indonesia dapat dilihat adanya rasa persatuan dan kesatuan di lingkungan Gerakan Pramuka, mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi atau golongan, hilangnya fanatisme kesukuan/kedaerahan serta mencintai budaya Indonesia. Kesadaran bernegara Indonesia dapat terlihat adanya rasa bertanah air satu yaitu Indonesia, menghormati Bendera Merah Putih, Lagu Kebangsaan Indonesia, Lambang Negara Garuda Pancasila dan lembaga pemerintah serta mematuhi setiap Peraturan/Perundang-undangan.
Untuk mewujudkan hal-hal tersebut diberikan materi-materi antara lain:
1) Kerukunan hidup
Diarahkan pada rasa kebersamaan tanpa membeda-bedakan status social, agama, suku dan ras/golongan
2) Kelestarian dan pembinaan budaya bangsa
Diarahkan pada pembinaan seni budaya setempat serta menghargai budaya daerah lain
3) Mencintai produksi dalam negeri
Diarahkan untuk mencintai kerajinan tangan dan produksi dalam negeri
4) Pengenalan ke-Bhineka Tunggal Ika-an bangsa
Diarahkan pada pemahaman tentang kemajemukan bangsa Indonesia dengan berbagai ragam suku bangsa, agama, adapt istiadat, dan bahasa daerah
5) Pembaruan bangsa
Diarahkan pada terwujudnya rasa kebangsaan baik secara fisik maupun psikis
6) Perlakuan terhadap Bendera Merah Putih, Lagu Kebangsaan dan Lembang Negara Indonesia serta Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
7) Bahasa Indonesia
Diarahkan pada kesadaran akan kebesaran peran bahasa Indonesia dalam menjaga keutuhan bangsa dan upaya menumbuhkan kecintaan pada bahasa Indonesia serta berusaha menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
8) Kesatuan dan persatuan Indonesia
Diarahkan pada pemahaman bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan seperti diamanatkan UUD 1945 pasal 1 dan Sumpah Pemuda (1928)
9) Sadar hukum
Diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran mentaati setiap ketentuan hokum yang berlaku
10) Koperasi
Diarahkan untuk memahami Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992, tentang Perkoperasian guna menumbuhkan kesadaran bahwa koperasi merupakan salah satu soko guru perekonomian Indonesia sesuai dengan budaya bangsa.
c. Keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai Ideologi Negara
Keyakinan akan kesaktian Pancasila terlihat pada sikap untuk mengamalkan Pancasila sebagai ideology bangsa dan Negara yang telah terbukti kesaktiannya dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Untuk mewukudkan hal tersebut diberikan materi-materi antara lain:
1) Pancasila sebagai dasar Negara (Pembukaan UUD 1945)
2) Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
3) Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (TAP MPR No. II/MPR/1978)
4) Pengenalan tentang bukti-bukti kesaktian Pancasila
5) Contoh teladan dalam kehidupan sehari-hari
d. Kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara
Kerelaan berkorban untuk bangsa dan Negara dapat dilihat dengan adanya aktifitas dan partisipasi secara aktif dalam mendukung semua kegiatan dalam Gerakan Pramuka, siap berkorban bagi kepentingan bangsa dan negara bahkan pada saatnya siap mengorbankan jiwa dan raganya demi kelangsungan hidup bangsa Indonesia.
Untuk mewujudkan hal-hal tersebut diberikan materi antara lain:
1) Pengenalan tentang komponen-komponen Hankamneg
Diarahkan mempelajari Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 yo Undang-undang Nomor 1 Tahun 1988 dan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1988.
2) Pola hidup sederhana
Diarahkan pada pengendalian diri bagi setiap anggota Gerakan Pramuka maupun sebagai anggota masyarakat.
3) Kesetiakawanan Sosial
Sikap solidaritas atas kesulitan/penderitaan orang lain yang diwujudkan dalam bentuk uluran tangan untuk membantu meringankan beban penderitaan orang lain, sesuai dengan kemampuannya.
e. Memiliki kemampuan awal bela Negara
Kemampuan awal bela negara bersifat psikis yaitu memiliki sifat disiplin, ulet, kerja keras, percaya akan kemampuan sendiri, jujur, dan bertanggung jawab.
Yang bersifat fisik yaitu memiliki kondisi kesehatan dan kemampuan keterampilan jasmani yang bukan bersifat latihan kemiliteran yang dapat mendukung kemampuan awal bela Negara. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut diberikan materi antara lain:
1) Psikis
Membina sikap mental sejak dini, dimulai di lingkungan keluarga dilanjutkan di sekolah dan pergaulan dengan materi ajaran yang berkaitan dengan budi pekerti.
2) Fisik
a) Olah raga
b) Hidup sehat dan bersih
c) Keterampilan dalam melaksanakan system keamanan.
f. Materi PPBN dalam Gerakan Pramuka menggunakan bahan-bahan ceramah yang dikeluarkan oleh Departemen Pertahanan Keamanan cq Ditjen Prsmanvet Dephankam dan yang dikeluarkan oleh Kwarnas Gerakan Pramuka.
BAB IV
TOLOK UKUR KEBERHASILAN, TANDA-TANDA KEBERHASILAN,
PEMBIAYAAN, PENGENDALIAN, PENGAWASAN DAN EVALUASI PPBN
DALAM GERAKAN PRAMUKA
13. Tolok Ukur keberhasilan
Keberhasilan PPBN dalam Gerakan Pramuka dapat dilihat dari indikasi antara lain sebagai berikut :
a. Pembinaan Gerakan Pramuka
1) Memberikan teladan yang baik dalam kehidupan sehari-hari
2) Mentaati peraturan yang berlaku
3) Mendidik dan membina kearah yang baik
4) Meningkatkan rasa kesatuan, persatuan, dan persaudaraan
5) Hidup sederhana
b) Anggota Gerakan Pramuka
1) Mengikuti kegiatan kepramukaan dengan sukarela
2) Saling membantu dan menasehati sesama teman
3) Menjaga kesatuan dan persatuan
4) Menjaga kebersihan lingkungan
5) Disiplin
6) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
7) Berbudi pekerti baik
14. Tanda-tanda keberhasilan
a. Umum
Penilaian terhadap keberhasilan kegiatan penyelenggaraan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara yaitu:
1) Mencintai tanah air tercantum dalam sikap dan perbuatannya sehari-hari
2) Kesadaran berbangsa dan bernegara dapat dicerminkan dalam sikap dan perilakunya sehari-hari
3) Mengamalkan Pancasila dalam kehidupannya sehari-hari
4) Rela berkorban untuk bangsa dan Negara tercermin dalam sikap dan perbuatannya
5) Memiliki kemampuan awal bela Negara
b. Khusus
Secara khusus tanda-tanda keberhasilan PPBN dalam Gerakan Pramuka dapat tercermin antara lain:
1) Pembinaan dan anggota Gerakan Pramuka selalu mengutamakan kesatuan dan persatuan bangsa
2) Memiliki disiplin yang tinggi
3) Menghargai pendapat orang lain
4) Menerapkan pola hidup sederhana
5) Menciptakan lingkungan yang tertib, bersih dan aman
6) Memberikan motivasi positif bagi rekan-rekannya.
15. Pembiayaan
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka membiayai sendiri pelaksanaan kegiatan berkala di semua jajarannya sesuai dengan Rencana Kerja dan Program Kerja masing-masing.
16. Pengendalian dan Pengawasan
a. Gerakan Pramuka
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka melaksanakan pengendalian dan pengawasan kegiatan PPBN dalam Gerakan Pramuka, sesuai dengan jalur dan tata kerja yang berlaku dalam Gerakan Pramuka
b. Dephankam dan Mabes ABRI
1) Dephankam (Ditjen Persmanvet) dan Mabes ABRI (Ster Mabes ABRI) memberikan bantuan teknis pada penyelenggaraan PPBN dalam Gerakan Pramuka apabila dibutuhkan (atas permintaan Kwarnas/Kwarda).
2) Pemberian bantuan teknis dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh Komando Teritorial setempat
3) Melalui jalur ABRI, Ditjen Persmanvet dan Ster ABRI akan menerima laporan dari Kodam yang menjadi coordinator bantuan teknis PPBN bagi Gerakan Pramuka di wilayahnya
4) Ditjen Persmanvet akan mendapatkan informasi dari Kwartir Nasional Gerakan Pramuka mengenai perkembangan kegiatan Gerakan Pramuka pada umumnya, pemantapan PPBN dalam Gerakan Pramuka pada khususnya terutama yang menyangkut bantuan teknis ABRI (Angkatan dan Polri) di daerah.
17. Evaluasi
Evaluasi PPBN dalam Gerakan Pramuka dilakukan guna memperoleh informasi penyelenggaraan PPBN meliputi:
a. Penyelenggaraan
Untuk mengetahui hasil yang dapat dicapai dengan metode, prosedur, dan sarana yang digunakan.
b. Sasaran
1) Obyek: Para peserta dapat memahami dan melaksanakan PPBN dalam Gerakan Pramuka, dengan memperhatikan terhadap sikap dan tingkah laku sehari-hari antara lain meliputi keuletan, disiplin, kesungguhan dalam melaksanakan tugasnya dan peran sertanya.
2) Subyek: Para Pembina dan pelatih dalam Gerakan Pramuka telah dapat menyelenggarakan PPBN secara efektif dan efisien dengan menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia.
3) Teknik: Metode yang digunakan untuk menyampaikan materi PPBN yang disesuaikan dengan strata pesertanya, sehingga dapat diterima, diserap, dan dipahami oleh para peserta.
4) Sarana: Alat peralatan (alins dan alongins) yang digunakan untuk menyelenggarakan PPBN sesuai dengan situasi dan kondisi Gerakan Pramuka.
c. Cara
Untuk melaksanakan evaluasi perlu digunakan suatu cara yang baik, antara lain:
1) Dengan mengisi angket yang dilakukan oleh para peserta dan angket yang diisi oleh para pembina (tanpa menunjukkan identitas diri).
2) Cerdas Cernat, yaitu kegiatan untuk mengadu ketangkasan berpikir PPBN, sehingga dapat diketahui tingkat pemahaman PPBN.
3) Karya tulis, yaitu dengan membuat tulisan tentang Bela Negara bagi para peserta sehingga dapat diketahui tingkat pemahaman terhadap materi PPBN yang telah diberikan.
4) Pengamatan yang dilaksanakan oleh Pembina Gerakan Pramuka di masing-masing Kwarda, Kwarcab, Kwarran
BAB V
PENUTUP
18. Dengan diterbitkannya Buku Panduan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara dalam Gerakan Pramuka, maka penyelenggaraan PPBN dalam Gerakan Pramuka diharapkan dapat dilaksanakan secara konsepsional, efektif, dan efisien.
Demikian Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara untuk dikembangkan dan disebarluaskan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditentukan, dan apabila dalam pelaksanaannya dijumpai kesulitan dapat koordinasi serta konsultasi dengan Dephankam cq Ditjen Persmanvet Dephankam guna mendapatkan penjelasan, sehingga dengan memasyarakatnya Pendidikan Pendahuluan Bela Negara hasilnya dapat memperkuat upaya peningkatan disiplin nasional dan produktivitas nasional dalam rangka memantapkan Ketahanan Nasional.
Jakarta, 30 Januari 1996
Direktur Jenderal
Personil, Tenaga Manusia dan Veteran
Rusmadi Sidik
Jadi Pemuda Bela Negara Melalui Pramuka
Humas UPN
May 13
|15:09
Selasa,
6 mei 2014, di ruang serbaguna Gedung Pascasarjana UPN Veteran Jawa
Timur, diadakan Seminar Nasional Belanegara. Seminar yang diadakan oleh
UKM Pramuka Racana Panglima Sudirman dan RA. Kartini itu bertema
‘Aktualisasi Diri Menjadi Pemuda Berwawasan Belanegara Melalui Pramuka’.
Seminar
tersebut dihadiri oleh siswa SMA, Mahasiswa, UKM Pramuka (UPN Jawa
Timur), DKD (Dewan Kerja Daerah), dan DKC (Dewan Kerja Cabang) dari
berbagai macam kota di Jawa timur, seperti Pasuruan, Sidoarjo, Madura,
dan Surabaya. Ada dua pembicara yang menyampaikan materi dalam seminar
ini, yaitu staff ahli Menteri Pertahanan Eris Heriyanto, SIP, MA, Ketua
P3AI UPN “Veteran” Jawa Timur.
Eris
Heriyanto, SIP, MA, dihadapan para wartawan memuji topik yang diangkat
dalam seminar ini. Menurutnya seminar ini berguna memperkokoh semangat
belanegara generasi muda terutama saat terjun di masyarakat. Disamping
itu dia juga memuji UPN yang konsisten membentuk karakter belanegara
mahasiswanya. “UPN sangat konsisten dalam membentuk karakter
mahasiswanya, karakter belanegara bukan hanya milik tentara tapi juga
milik mahasiswa,” kata Eris.
Rektor
UPN Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto menyatakan, UPN selalu mengaktifkan
kegiatan UKM yang diprioritaskan untuk pembentukan karakter. Dia juga
menghimbau agar pramuka dapat dikenal lebih baik oleh masyarakat
khususnya dalam bidang pembentukan karakter. “UKM ini sudah dikenal
ditingkat kota dan provinsi dengan sangat baik sehingga diharapkan kader
UKM pramuka dapat membagi ilmu kepada anggotanya agar menjadi kokoh,”
tegasnya.
Acara
dilaksanakan di gedung pascasarjana UPN jawa timur di lantai 3 pukul
09.00-15.00. Ketua Kerja seminar, Ramadhan, menyatakan bahwa pendidikan
belanegara adalah bentuk kegiatan yang positif bagi mahasiswa UPN.
“Sehingga UPN dapat lebih dikenal dalam hal pendidikan belanegara di
dalam maupun diluar kampus,” tegas mahasiswa fakultas teknik tersebut.
Sebelum
seminar dimulai, dilakukan penanaman pohon cermai-murai oleh Eris
Heriyanto, SIP, MA dengan rektor UPN “Veteran” Jawa Timur, Prof. Dr. Ir.
Teguh Soedarto, MP. Penanaman dilakukan di halaman depan gedung
pascasarjana.(bma/med)
PENDIDIKAN PEMUDA DAN KEPRAMUKAAN
PENDIDIKAN PEMUDA DAN KEPRAMUKAAN
KATA
PENGANTAR
KONDISI dinamika kebudayaan dan
karakter bangsa kita sekarang kini menjadi pandangan yang tajam oleh
masyarakat. Kondisi itu dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan, yang
tertuang dalam berbagai tulisan di media, wawancara, dan dialog di media
elektronik. Selain di media massa, para pemuka masyarakat, para ahli, pengamat
pendidikan, dan pengamat sosial berbicara mengenai persoalan budaya dan
karakter bangsa di berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional,
maupun internasional. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi,
kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi
yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan sebagainya
menjadi topik pembahasan hangat di media massa, seminar, dan di berbagai kesempatan
lainnya. Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti melalui peraturan,
undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih
kuat. Kondisi ini telah memperparah rusaknya karakter pemuda khususnya di
Negara Indonesia. Tingkat degradasi moral dikalangan pemuda semakin hari
semakin meningkat.
Makalah ini ditulis dengan tujuan
untuk mengetahui sampai sejauh mana peran dan kekuatan Pramuka sebagai suatu
badan organisasi nasional untuk membentuk karakter pemuda Indonesia. Selain
itu, penulisan makalah ini juga untuk memenuhi tugas mata kuliah yang diampu
oleh Drs. Heri Usodo, SE, M.Kom. Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam
proses penulisan makalah ini, karena sebagai manusia yang tidak luput dari
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun,
demi semakin berisinya penulisan makalah ini.
Ngabang
Penulis
DAFTAR ISI
1.
|
KATA PENGANTAR
|
...............................................................
|
i
|
2.
|
DAFTAR ISI
|
...............................................................
|
ii
|
3.
|
BAB I
PENDAHULUAN
|
...............................................................
|
1 – 2
|
4.
|
BAB II
PERMASALAHAN
|
...............................................................
|
3 – 5
|
5.
|
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
|
...............................................................
|
6 – 11
|
6.
|
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
|
...............................................................
|
12
|
7.
|
DAFTAR PUSTAKA
|
...............................................................
|
13
|
BAB I
PENDAHULUAN
Pemuda
adalah ujung tombak maju atau tidaknya sebuah kehidupan kaum atau sebuah
bangsa. Pemuda adalah harapan dari sebuah perubahan kearah yang lebih maju dan
positif dalam masyarakat. Mengapa pemuda dikatakan sebagai ujung tombak sebuah
perubahan? Pada konteksnya, bahwa pemuda adalah orang-orang muda yang berusia
diantara 18 – 35 tahun, yang memiliki tingkat produktif yang masih tinggi dan
yang juga masih memiliki semangat dan daya juang yang lebih tinggi daripada
orang-orang tua yang berusia diatas 35 tahun. Karena faktor-faktor tersebutlah yang membuat
pemuda bisa dan mampu melakukan apa saja, baik yang bersifat positif maupun
yang bersifat negatif. Pemuda yang memiliki keenergikkan yang lebih tinggi dari
orang tua, memiliki tingkat ide-ide yang lebih cemerlang dan juga memiliki potensi-potensi
yang luar biasa mampu melakukan sebuah perubahan yang luar biasa. Contoh ini
ada pada peristiwa Rengasdengklok. Pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta
supaya lebih cepat memproklamasikan kemerdekaan Negara Indonesia.
Namun
dewasa ini, sebagian atau bahkan hampir rata-rata kaum muda sudah kehilangan
identitas dan jati dirinya, sebagai bagian dari wajah Negara Indonesia. “Ujung
Tombak” dari masyarakat dan negara semakin hari semakin tumpul dan mulai
memudar warnanya. Konsep pemuda sebagai harapan bangsa kini sudah hampir tidak
bisa lagi muncul dipermukaan. Ini dikarenakan semangat pemuda sudah goyah dan
bahkan mungkin sangat sedikit lagi yang dapat diandalkan. Penulis melihat dan
menemukan banyak sekali degradasi yang dihadapi oleh para pemuda, yang
kesemuanya itu sedikit banyak dipengaruhi oleh globalisasi yang semakin menggila dan melindas
setiap belahan dunia. Globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik
yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke
dalam kesadaran kita (Barker, 2004). Dengan memperhatikan opini diatas, penulis
akhirnya berani menarik kesimpulan bahwa pemuda masa sekarang benar-benar telah
kehilangan karakter dan jati diri hidupnya. Yang sudah jelas sekali terkuak
bahwa globalisasi mempengaruhi segala aspek kehidupan pemuda. Mulai dari degradasi
moral yang sukup jauh, gaya hidup Hedonisme dan individualisme yang cukup kuat.
Konsep pemuda sebagai orang-orang yang sarat dengan semangat tinggi dan
produktif untuk memajukan masyarakat, sepertinya sudah memudar.
Nah, dari berbagai sudut inilah penulis mau mengkaji
lebih jauh sampai sejauh mana degradasi ini menimpa pemuda. Dan bagaimanakah
cara untuk mengupayakan pembangunan karakter pemuda saat ini, untuk
mengembalikan makna sesungguhnya dari pemuda itu sendiri.
BAB II
PERMASALAHAN
Tak pelak
lagi, kemodernan zaman telah melindas segala aspek-aspek penting kehidupan
manusia. Perubahan zaman membuat membuat dampak dari berbagai sudut. Dampak ini
bisa yang positif dan bahkan bisa negatif. Dunia modern banyak menawarkan
kemudahan-kemudahan bagi manusia, mulai dari tekhnologi, audio visual maupun
sumber konsumsi manusia. Namun kesemua itu ternyata banyak disalah artikan dan
salah dimanfaatkan. Demikian pula dengan gaya hidup pemuda masa sekarang, yang
kesemuanya banyak dipengaruhi oleh kemudahan-kemudahan itu. Pemuda tidak lagi
berusaha untuk menempa diri menjadi yang terbaik dalam prestasi untuk membangun
masyarakat dan negaranya. Namun berlomba-lomba untuk menampakkan diri dengan
gaya hidup dan penampilan modern. Ada beberapa unsur yang membuat kekrisisan
karakter pemuda dewasa ini yaitu: Degradasi moral dan sikap Hedonisme dari
pemuda.
A.
Degradasi Moral
Sejarah telah membuktikan bahwa pemuda dan pelajar menjadi bagian paling
dominan dalam menentukan perjalanan hidup suatu bangsa, tak terkecuali bagi
Indonesia. Tetapi, berbagai hasil survei tentang pelajar dan mahasiswa telah
memperlihatkan bahwa pelajaran mahasiswa sebagai bagian dari elemen bangsa yang
terpenting telah mengalami degradasi moral. Disebutkan dalam hasil survei
tersebut (di jogjakarta) bahwa hampir 60 % mahasiswi sudah tidak lagi virgin,
hamil di luar nikah, belum lagi yang terlibat kasus narkoba, kenakalan remaja,
dan tawuran antar pelajar/mahasiswa. Ternyata, nilai-nilai susila sudah tidak
lagi menjadi yang utama dalam pandangan kaum muda saat ini. Seiring
efek perkembangan teknologi dan infomasi di zaman globalisasi yang sangat
signifikan dengan perkembangan jiwa generasi muda, hingga kecenderungan
terjerumus ke lembah hitam. 75% dari generasi muda kita sudah terjebak dalam
kehidupan bebas yang penuh dengan gemerlapnya penyebaran, penyelundupan dan
pemakaian narkoba yang perlahan-lahan mengintai dalam proses penghancuran
moralitas pemuda. Perkembangan pornografi dan pornoaksi seiring dengan krisis
moral dalam arus individualisme, hedonisme dan
penyalahgunaan kebebasan mengakibatkan lemahnya suatu bangsa. Terutama generasi
penerusnya. Banyak faktor yang mempengaruhi degradasi nilai dan moral tersebut.
pornografi
dan pornoaksi memiliki tiga akar. Pertama kekosongan moral, yang membuat
manusia mencari kepuasan individual. Kedua, manusia menyalahgunakan kebebasan
tanpa tanggung jawab moral individual dan sosial. Ketiga, sebagai industri
penggarap kelemahan manusia, khususnya kaum muda.
B.
Hedonisme
Menurut Wojowasito
(2002) hedonis berasal dari bahasa Yunani yaitu hedone yang berarti
kesenangan. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan
dan kenikmatan hidup adalah tujuan utama. Sedangkan Sujanto (Sumartono, 2002)
menjelaskan bahwa gaya hidup hedonis yang berorientasi pada kesenangan umumnya
banyak ditemukan di kalangan remaja. Hal ini karena remaja mulai mencari
identitas diri melalui penggunaan simbol status seperti mobil, pakaian, dan
pemilikan barang-barang lain yang mudah terlihat.Gaya hidup hedonis merupakan
wujud ekspresi perilaku eksperimental yang dimiliki oleh remaja untuk mencoba
suatu hal yang baru. Perilaku eksperimental tersebut masih dipandang wajar
apabila tidak memunculkan pola perilaku yang lebih dominan pada kesenangan
hidup daripada kegiatan belajar. Hedonisme sebagai fenomena dan gaya hidup
sudah tercermin dari perilaku remaja sehari-hari. Mayoritas pelajar berlomba
dan bermimpi untuk bisa hidup mewah, berfoya-foya di kafe, mall, atau plaza.
Ini merupakan bagian dari agenda hidup yang kemudian melupakan tugas utamanya
belajar. Gaya hidup selalu mengalami perubahan seiring perkembangan zaman.
Kehidupan yang semakin modern membawa manusia pada pola perilaku yang unik,
yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup.
Bagi sebagian orang gaya hidup merupakan suatu hal yang penting karena dianggap
sebagai sebuah bentuk ekspresi diri. Chaney (1996), berpendapat bahwa gaya
hidup merupakan ciri sebuah dunia modern. Gaya hidup merupakan pola-pola
tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain, yang berfungsi
dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh yang
tidak hidup dalam masyarakat modern. Pada perkembangannya, gaya hidup saat ini
tidak lagi merupakan persoalan di kalangan tertentu. Sebagaimana diungkapkan
oleh Ibrahim (1997), setiap orang dapat mudah meniru gaya hidup yang disukai.
Misalnya saja, gaya hidup yang ditawarkan melalui iklan akan menjadi lebih
beraneka ragam dan umumnya dapat dilihat oleh semua orang sehingga mudah ditiru
oleh setiap orang. Fenomena gaya hidup tampak terlihat di kalangan remaja,
menurut Monks, dkk (Nashori, 1998) remaja memang menginginkan agar penampilan,
gaya tingkah laku, cara bersikap, dan lain-lainnya akan menarik perhatian orang
lain, terutama kelompok teman sebaya. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh
lingkungan sosial sehingga berusaha untuk mengikuti perkembangan yang terjadi
seperti cara berpenampilan. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan
orang lain atau kelompok teman sebaya menyebabkan remaja berusaha untuk
mengikuti berbagai atribut yang sedang tren, misalnya saja pemilihan model
pakaian dengan merek terkenal, penggunaan telepon genggam (HP) dengan fasilitas
layanan terbaru, berbelanja di pusat perbelanjaan terkenal seperti mall
daripada berbelanja di pasar tradisional atau sekedar jalan-jalan untuk mengisi
waktu luang bersama kelompok teman sebaya dan sebagainya. Gaya hidup hedonis
merupakan wujud dari ekspresi dari perilaku eksperimental yang dimiliki oleh
remaja untuk mencoba suatu hal yang baru. Perilaku eksperimental tersebut masih
dipandang wajar apabila tidak memunculkan pola perilaku yang lebih dominan pada
kesenangan hidup dari pada kegiatan belajar. Hedonisme sebagai fenomena dan
gaya hidup sudah tercermin dari perilaku mereka sehari-hari. Mayoritas pelajar
berlomba dan bermimpi untuk bisa hidup mewah. Berfoya-foya dan nongkrong di
kafe, mall dan plaza. Ini merupakan bagian dari agenda hidup mereka. Nah, dari
pemaparan-pemaparan diatas sudah jelas bahwa pemudalah yang cenderung mengarahkan
gaya hidupnya pada kenikmatan dan kesenangan. Fokus pemuda saat ini, lebih
banyak mengarah pada pemuasan diri yang bersifat modern. Tidak lagi
mempertimbangkan baik dan buruknya, melalaikan kewajiban dan tanggung jawab
sebagai harapan bangsa.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
Degradasi
moralitas cenderung menyerang para pemuda yang notabene sebagai ujung tombak
pembaharuan dan kemajuan suatu bangsa. Semua disebabkan oleh dunia yang semakin
hari makin sarat dengan perkembangan, baik dari informatika maupunn tekhnologi.
Dewasa ini, nilai-nilai moralitas sudah tidak lagi dijunjung sesuai dengan
budaya dan adat istiadat Timur, yang mengajarkan dan mengutamakan nilai-nilai
moral dan nilai-nilai perilaku. Pemuda
Indonesia sudah jauh terbawa dalam kemodernan yang kerap kali menawarkan
kemudahan-kemudahan dan kenikmatan duniawi. Beberapa faktor yang menjadi dasar
degradasi ini adalah:
1. Longgarnya
pegangan terhadap agama. Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir
dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragam mulai
terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan
suruhan-suruhan Tuhan tidak
diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol
yang ada didalam dirinya. Dengan demikian,
satu-satunya
alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan
hukum dan peraturanya. Namun biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat
pengawasan dari dalam diri sendiri. Karena pengawasan
masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu, atau tidak ada
orang yang disangka akan mengetahuinya, maka dengan
senang hati orang itu akan berani melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum
sosial itu. Dan apabila dalam masyarakat itu banyak orang yang melakukuan pelanggaran moral, dengan sendirinya
orang yang kurang iman tadi
akan mudah pula meniru melakukan
pelanggaran-pelanggaran yang sama. Tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya
kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi
adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya
sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan.
Sebaliknya dengan semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin susah memelihara moral orang dalam masyarakat itu, dan
semakin kacaulah suasana, karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran hak,
hukum dan nilai moral.
2. Kurang
efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun masyarakat. Pembinaan moral
yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan menurut semestinya atau yang sebiasanya. Pembinaan moral dirumah
tangga misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan
kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengerti mana yang benar dan mana
yang salah, dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan
menanamkan sikap yang dianggap baik untuk menumbuhkan moral,
anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu.
Pembinaan moral pada anak dirumah tangga bukan dengan cara
menyuruh anak menghapalkan rumusan tentang baik dan buruk, melainkan harus
dibiasakan. Zakiah Darajat mengatakan, moral
bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa
membiasakan hidup bermoral dari sejak keci. Moral itu tumbuh dari tindakan
kepada pengertian dan tidak sebaliknya. Seperti halnya rumah tangga, sekolahpun
dapat mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik.
Hendaknya dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental dan moral anak didik. Di
samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan. Dengan
kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial
bagi anak-anak, dimana pertumbuhan mental, moral dan
sosial serta segala aspek kepribadian berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan
sikap moral yang demikian itu, pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka
didikan agama yang diterima dirumah tidak akan
berkembang, bahkan mungkin terhalang. Selanjutnya masyarakat juga harus
mengambil peranan dalam pembinaan moral. Masyarakat yang lebih rusak moralnya perlu
segera diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang
terdekat dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya
dalam pembinaan moral anak-anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar
dan generasi muda sebagaimana disebutkan diatas, karena tidak efektifnya
keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga
tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak
kondusif bagi pembinaan moral.
3. Dasarnya harus
budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis. Sekarang ini sering kita
dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar tentang
anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi mengantongi
obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi seperti kondom dan
benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut biasanya digunakan untuk hal-hal
yang dapat merusak moral. Namun gejala
penyimpangan tersebut terjadi karena pola hidup yang semata-mata mengejar
kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan tidak mengindahkan nilai-nilai
agama. Timbulnya sikap tersebut tidak bisa dilepaskan dari derasnya arus budaya
matrealistis, hedonistis dan sekularistis yang disalurkan melalui
tulisan-tulisan, bacaan-bacaan,
lukisan-lukisan, siaran-siaran, pertunjukan-pertunjukan dan sebagainya.
Penyaluran arus budaya yang demikian itu didukung oleh para penyandang modal
yang semata-mata mengeruk keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan
para remaja, tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus
budaya yang demikian diduga termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam
menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya.
4. Belum adanya kemauan
yang sungguh-sungguh dari pemerintah. Pemerintah yang diketahui memiliki
kekuasaan (power), uang, teknologi, sumber daya manusia dan sebagainya
tampaknya belum menunjukan kemauan yang sungguh-sunguh untuk melakukan pembinaan moral bangsa. Hal yang demikian semakin
diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang semata-mata
mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara tidak
mendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini belum adanya
tanda-tanda untuk hilang. Mereka asik memperebutkan kekuasaan, materi dan sebagainya dengan cara-cara tidak terpuji itu,
dengan tidak memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi
ikut-ikutan, tidak mau mendengarkan lagi apa yang
disarankan dan dianjurkan pemerintah, karena secara moral mereka sudah kehilangan daya efektifitasnya. Sikap sebagian elit
penguasa yang demikian itu semakin memperparah moral bangsa, dan sudah waktunya
dihentikan. Kekuasaan, uang, teknologi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah
seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan moral bangsa dan
aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan.
Dari pemaparan sebab-sebab diatas, yang menyebabkan
timbulnya kemerosotan moral bangsa.
Nah bagaimanakah pendidikan kepramukaan dapat dijadikan sebagai pembentukkan
karakter pemuda yang bermoral dan berakhlak?
A.
Sejarah Singkat Gerakan Pramuka
Pendidikan Kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi
pendidikan nasional yang penting, yang merupakan bagian dari sejarah perjuangan
bangsa Indonesia. Untuk itu perlu diketahui sejarah perkembangan Kepramukaan di
Indonesia. Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama organisasi
pendidikan non-formal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan
yang dilaksanakan di Indonesia. Kata "Pramuka"
merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang memiliki arti Rakyat Muda yang
Suka Berkarya. "Pramuka" merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi; Pramuka
Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka
Penegak dan Pramuka Pandega. Kelompok anggota yang lain yaitu Pembina
Pramuka, Andalan Pramuka, Korps Pelatih Pramuka,
Pamong Saka Pramuka, Staf Kwartir dan Majelis Pembimbing
Pramuka. Sedangkan yang dimaksud "Kepramukaan" adalah
proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di
luar lingkungan keluarga
dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis
yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar
Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya
pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah sistem
pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan
perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Gerakan Pramuka atau Kepanduan di Indonesia
telah dimulai sejak tahun 1923 yang ditandai dengan didirikannya (Belanda) Nationale Padvinderij
Organisatie (NPO) di Bandung.
Sedangkan di tahun yang sama, di Jakarta didirikan (Belanda) Jong Indonesische
Padvinderij Organisatie (JIPO).
Kedua organisasi cikal bakal kepanduan di Indonesia ini
meleburkan diri menjadi satu, bernama (Belanda) Indonesische
Nationale Padvinderij Organisatie (INPO) di Bandung pada
tahun 1926. Pada
tanggal 26
Oktober 2010, Dewan Perwakilan Rakyat mengabsahkan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Berdasarkan UU ini,
maka Pramuka bukan lagi satu-satunya organisasi yang boleh menyelenggarakan
pendidikan kepramukaan. Organisasi profesi juga diperbolehkan untuk
menyelenggarakan kegiatan kepramukaan.
B.
Tujuan
Kepramukaan
Gerakan Pramuka sebagai
penyelenggara pendidikan kepanduan Indonesia yang merupakan bagian pendidikan
nasional, bertujuan untuk membina kaum muda dalam mencapai sepenuhnya
potensi-potensi spiritual, social, intelektual dan fisiknya, agar mereka bisa:
·
Membentuk, kepribadian dan akhlak mulia kaum muda
·
Menanamkan semangat kebangsaan, cinta tanah air dan
bela negara bagi kaum muda
·
Meningkatkan keterampilan kaum muda sehingga siap
menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat, patriot dan pejuang yang tangguh,
serta menjadi calon pemimpin bangsa yang handal pada masa depan. Gerakan
Pramuka berlandaskan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
·
Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
·
Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan
alam
·
Peduli terhadap dirinya pribadi
·
Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka.
Unsur
didalam pendidikan nonformal adalah pendidikan kepemudaan. Unsur yang ada di
dalam pendidikan kepemudaan adalah Gerakan Pramuka. Dalam UU No. 12 tahun
2010 tentang Gerakan Pramuka, disebutkan Gerakan Pramuka adalah
organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan
kepramukaan.Gerakan pramuka merupakan wadah pendidikan generasi muda usia 7 –
25 tahun, yang mempersiapkan anggotanya untuk mempunyai karakter bangsa sesuai
dengan Dasa Dharma dan Tri Satya.
Tujuan dari
Gerakan Pramuka untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang
beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum,
disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki
kecakapan hidup sebagai kader bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai
kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia,
mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup. Tujuan dari Gerakan
Pramuka sejalan dengan fokus pendidikan karakter yang menjadi program utama
Kementerian Pendidikan Nasional.
Melihat
dari tujuan dan landasan dari Pramuka itu sendiri, kita dapat melihat bahwa
pembentukan karakter pemuda dapat terjawab. Berbagai media bisa digunakan untuk
pendidikan karakter, namun melalui Kepramukaan semua sudah dirangkum menjadi
satu dalam pembentukan sebuah karakter pemuda. Karena dalam Pramuka sudah
menjawab pembentukkan karakter ini melalui 10 pilar bernama Dasa Dharma, yaitu
- Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.
- Patriot yang sopan dan kesatria.
- Patuh dan suka bermusyawarah.
- Rela menolong dan tabah.
- Rajin, terampil dan gembira.
- Hemat, cermat dan bersahaja.
- Disiplin, berani dan setia.
- Bertanggung jawab dan dapat dipercaya
- Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
Dalam
menanamkan dan menumbuhkan karakter bangsa, dikepramukaan mempergunakan 10
pilar yang menjadi kode kehormatan. Kode kehormatan mempunyai makna suatu
norma (aturan) yang menjadi ukuran kesadaran mengenai akhlak yang tersimpan
dalam hati yang menyadari harga dirinya, serta menjadi standart tingkah laku
pramuka di masyarakat.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Pendidikan
karakter saat ini memang harus segera dilakukan, mengingat perk embangan
masyarakat yang berjalan. Karakter budaya Indonesia yang sudah
dikagumi bangsa lain jangan sampai pupus oleh gesekan mental generasi muda yang
lebih menyenangi budaya asing. Namun dengan budaya asing yang masuk ke
Indonesia justru menjadi motivasi untuk lebih mencintai budaya bangsa sendiri.
Untuk itu pendidikan karakter sudah tidak bisa di tunda lagi. Pramuka telah
menjawab bentuk dari pendidikan karakter pemuda yaitu melalui tujuannya,
landasannya dan juga melalui 10 pilar pokok yang disebut dengan Dasa Dharma
Pramuka. Pramuka mengandung segudang pendidikan karakter baik teori maupun
praktek. Melalui Dwi Satya dan Dwi Dharma, Tri Satya dan Dasa Dharma, juga
kegiatan berkemah, lomba tingkat, hiking dan lain sebagainya merupakan wujud
kongkrit proses pendidikan karakter pemuda. Sudah semestinya Pramuka diajarkan
ke Sekolah-sekolah, terutama di Perguruan Tinggi Pamane Talino yang mempunyai
misi mencetak para calon-calon guru berkompeten.
DAFTAR PUSTAKA
Magnis, F
dan Suseno. (1986). Kuasa dan Moral. Jakarta: Gramedia.
Langganan:
Postingan (Atom)