Selasa, 28 Juli 2015

syafaat quran dalam kubur

SYAFA'AT AL QUR'AN DI DALAM QUBUR

Merinding bacanya... Semoga kita termasuk di dalam golongan orang ini...aamiin

Pertolongan Al-Quran di Alam Kubur.

- Dari Sa’id bin Sulaim ra, Rasulullah SAW bersabda: “Tiada penolong yg lebih utama derajatnya di sisi Allah pd hr Kiamat drpd Al-Qur’an. Bukan nabi, bukan malaikat & bukan pula yg lainnya.” (Abdul Malik bin Habib-Syarah Ihya). 

Bazzar meriwayatkan dalam kitab La’aali Masnunah bahwa jika seseorang meninggal dunia, ketika orang2x sibuk dgn kain kafan & persiapan pengebumian di rumahnya, tiba2x seseorang yg sangat tampan berdiri di kepala mayat. Ketika kain kafan mulai dipakaikan, dia' berada di antara dada & kain kafan.

Setelah dikuburkan & orang2x mulai meninggalkannya, datanglah 2 malaikat. Yaitu Malaikat Munkar & Nakir yg berusaha memisahkan orang tampan itu dr mayat agar memudahkan tanya jawab.

Tetapi si tampan itu berkata: ”Ia adalah sahabat karibku. Dlm keadaan bagaimanapun aku tdk akan meninggalkannya. Jika kalian ditugaskan utk bertanya kepadanya, lakukanlah pekerjaan kalian. Aku tidak akan berpisah dr orang ini sehingga ia dimasukkan ke dlm syurga.”

Lalu ia berpaling kpd sahabatnya & berkata,”Aku adalah Al quran yg terkadang kamu baca dgn suara keras & terkadang dgn suara perlahan. 

Jgn khawatir setelah menghadapi pertanyaan Munkar & Nakir ini, engkau tidak akan mengalami kesulitan.”

Setelah para malaikat itu selesai memberi pertanyaan, ia menghamparkan tmpt tidur & permadani sutera yg penuh dgn kasturi dari Mala’il A’la. (Himpunan Fadhilah Amal : 609)

Allahu Akbar, selalu saja ada getaran haru selepas membaca hadits ini. Getaran penuh pengharapan sekaligus kekhawatiran. Getaran harap karena tentu saja mengharapkan Al-Quran yg kita baca dapat menjadi pembela kita di hari yg tidak ada pembela. Sekaligus getaran takut, kalau-kalau Al-Quran akan menuntut kita.

Allah…terimalah bacaan Al-Quran kami. Sempurnakanlah kekurangannya.

Banyak riwayat yg menerangkan bahwa Al-Quran adalah pemberi syafa’at yg pasti dikabulkan Allah SWT. Aamiin.. (Prof. DR. Ahmad Sathori Ismail)

Senin, 27 Juli 2015

KOS dan PERMAWARU

Akupun terkejut ketika orang yang kusayangi jalan dengan temanku sendiri, Hati ini geram, saat melihat tangan mereka bergandengan. Sakit, sakit dan terasa begitu sakit.
Orang yang sangat ku cintai berkhianat, teman yang mengaku sahabat sejati berani menikamku dari belakang, seperti awan yang mendung kilat petir pun datang tak bisa di cegah, emosi tingkat tinggi menyelimutiku. "Apa maksud kalian, begini di belakangku? Aku gak terima dengan semua ini !"
"Maaf Sub, kamu salah paham, aku bisa jelaskan," Yanto berusaha menenangkanku dengan merangkulku, "Apa yang perlu di jelaskan? Aku s ingkirkan tangnya dari pundaku, mataku beralih menatap tajam ningsih, "aku tulus dan setia sama kamu, trus apa maksud semua ini, kau permainkan aku, ia kan seperti itu?
Ningsih diam beribu bahasa, ia ketakutan menahan tangis atas kesalahanya, "Jawab !" aku hentak dia, "mana janjimu? Bursit !" Ningsih menjatuhkan air matanya, Yanto mendekatiku, "sudah Sub  ini salahku bukan salah Ningsih"  "diam !!! Aku kecewa dengan kalian berdua !" dg hati yg terluka, aku beranjak pergi meninggalkan merka. Kepergianku di sambut lagu matta band yg judulnya ketahuan dengan ramai oleh teman-teman sekelasku, dengan botol bekas sebagai pengiring lagu tsb. Di tengah lingkaran besar 250 pasang tangan bertepuk meriah di ending penampilan kami, panitia dari osis pun berdiri sambil mengacungkan jempolnya. Dan akhirnya kami kelas 10 D mendapat juara pensi saat itu yang mana kami mainkan secara sepontanitas,
Agustus 2009,smansabos_kos dan permawaru

nabung Quran

Big Question!
Sudah Seberapa Jauh Kita Bersama Qur’an?
Sudah Berapa Banyak Kita Menabung Qur’an?
Jangan-jangan, sudah segede ini, sudah SMA, sudah kuliah, tapi baca Qur’an masih salah-salah, masih terbata-bata, ga lancar. Apalagi menghafalnya. Bukannya bertambah, jangan-jangan malah surat-surat yang pernah kita hafal waktu kecil sudah hilang entah ke mana.
Ayo ukur diri Saudara semua. Yang belum bisa membaca, tidak ada kata terlambat. Mulai dari sekarang, do something for yourself!
Cari guru untuk belajar Qur’an. Bahkan zaman sekarang, belajar sendiri dari internet juga bisa. Cari rekaman murratal-murratal dari para qari dari para imam masjidil haram dan madinah Tentu saja berbeda kalau ada gurunya yang bisa mengoreksi bacaan kita secara langsung, itu lebih baik lagi.
Yang terbata-bata itu biasanya tanda-tanda baca Qur’annya tidak setiap hari. Mulai dipasang lagi tekadnya. Didawamkan untuk rutin baca setiap hari. Ikut tuh program-program seperti one day one juz (ODOJ) supaya bisa berjamaah.
Yang sudah lancar tapi tajwidnya belum lancar, atau bahkan belum tahu hukum-hukum tajwid, kapan dibaca panjang, kapan dibaca pendek, kapan dibaca dengung, dan lain-lain, mulai cari guru, cari ilmu tentang tajwid.
Yang belum mulai menghafal, mulai buat program hafalan. Sekarang sudah banyak metode menghafal. One day one ayat (ODOA) misalkan. Mulai menghafal satu ayat satu hari.
Misal hari ini hafalkan ayat pertama surat Yaasin. InsyaAllah 83 hari bisa hafal satu surat Yaasin. Bergerak lagi ke surat lainnya.
InsyaAllah nanti bisa hafal 4 surat, bahkan bisa hafal 30 juz. Yang penting terus bergerak saja. Mulai dari sekarang. Jangan ditunda-tunda.
Azzamkan dalam diri untuk mulai nabung Qur’an. Jangan biarkan ada hari yang terlewat tanpa bersama Qur’an. Bawa Qur’an kemanapun Saudara pergi.
Kalau Saudara bisa merasa gelisah ketika pergi ke sekolah, ke kampus, ke pasar atau ke manapun tanpa membawa dompet, maka Saudara harusnya lebih gelisah lagi manakala tidak membawa Qur’an.

Minggu, 05 Juli 2015

Kisah Sahabat Rosul

Sa'id Bin Zaid Ra

Sa'id bin Zaid al Adawy RA merupakan kelompok sahabat yang memeluk Islam pada masa-masa awal, sehingga ia termasuk dalam kelompok as Sabiqunal Awwalun. Ia memeluk Islam bersama istrinya, Fathimah binti Khaththab, adik dari Umar bin Khaththab. Sejak masa remajanya di masa jahiliah, ia tidak pernah mengikuti perbuatan-perbuatan yang umumnya dilakukan oleh kaum Quraisy, seperti menyembah berhala, bermain judi, minum minuman keras, main wanita dan perbuatan nista lainnya.Sikap dan pandangan hidupnya ini ternyata diwarisi dari ayahnya, Zaid bin Amru bin Naufal.

Sejak lama Zaid bin Amru telah meyakini kebenaran agama Ibrahim, tetapi tidak mengikuti Agama Yahudi dan Nashrani yang menurutnya telah jauh menympang dari agama Ibrahim. Ia tidak segan mencela cara-cara peribadatan dan perbuatan jahiliah dari kaum Quraisy tanpa rasa takut sedikitpun. Ia pernah bersandar di dinding Ka'bah ketika kaum Quraisy sedang melakukan ritual-ritual penyembahannya, dan ia berkata, "Wahai kaum Quraisy, apakah tidak ada di antara kalian yang menganut agama Ibrahim selain aku??"

Zaid bin Amru juga sangat aktif menentang kebiasaan kaum Quraisy mengubur hidup-hidup anak perempuannya, karena dianggap sebagai aib, seperti yang pernah dilakukan Umar bin Khaththab di masa jahiliahnya. Ia selalu menawarkan diri untuk mengasuh anak perempuan tersebut. Ia juga selalu menolak memakan daging sembelihan yang tidak disebutkan nama Allah saat penyembelihannya, dan juga penyembelihan untuk berhala-berhala.

Seakan-akan ia memperoleh ilham, ia pernah berkata kepada sahabat dan kerabatnya, "Aku sedang menunggu seorang Nabi dari keturunan Ismail, hanya saja, rasanya aku tidak akan sempat melihatnya, tetapi saya beriman kepadanya dan meyakini kebenarannya…..!!"

Zaid bin Amru sempat bertemu dan bergaul dengan Nabi Muhammad SAW sebelum beliau dikukuhkan sebagai Nabi dan Rasul, sosok pemuda ini (yakni, Nabi Muhammad SAW) sangat mengagumkan bagi dirinya, di samping akhlaknya yang mulia, pemuda ini juga mempunyai pandangan yang sama dengan dirinya tentang kebiasaan dan ritual jahiliah kaum Quraisy. Tetapi Zaidmeninggal ketika Kaum Quraisy sedang memperbaiki Ka'bah, yakni, ketika Nabi SAW berusia 35 tahun.

Dengan didikan seperti itulah Sa'id bin Zaid tumbuh dewasa, maka tak heran ketika Nabi SAW menyampaikan risalahnya, ia dan istrinya langsung menyambut seruan beliau. Tak ada ketakutan dan kekhawatiran walau saat itu kaum Quraisy melancarkan siksaan yang tak terperikan kepada para pemeluk Islam, termasuk Umar bin Khaththab, kakak iparnya sendiri yang merupakan jagoan duel di pasar Ukadz. Hanya saja ia masih menyembunyikan keislamannya dan istrinya. Sampai suatu ketika Umar yang bertemperamen keras itu mengetahuinya juga.

Ketika itu Sa'id dan istrinya sedang mendapatkan pengajaran al Qur'an dari sahabat Khabbab bin Arats,tiba-tiba terdengar ketukan, atau mungkin lebih tepat gedoran di pintu rumahnya. Ketika ditanyakan siapa yang mengetuk tersebut, terdengar jawaban yang garang, "Umar..!!"

Suasana khusyu' dalam pengajaran al Qur'an tersebut menjadi kacau, Khabbab segera bersembunyi sambilterus berdoa memohon pertolongan Allah untuk mereka. Sa'id dan istrinya menuju pintu sambil menyembunyikan lembaran-lembaran mushaf di balik bajunya. Begitu pintu dibuka oleh Sa'id, Umar melontarkan pernyataan keras dengan sorot mata menakutkan, "Benarkan desas-desus yang kudengar, bahwa kalian telah murtad?"

Sebelum kejadian itu, sebenarnya Umar telah membulatkan tekad untuk membunuh Nabi SAW. Kemarahannya telah memuncak karena kaum Quraisy jadi terpecah belah, mengalami kekacauan dan kegelisahan, penyebab kesemuanya itu adalah dakwah Islamiah yang disampaikan Nabi SAW. Dalam pemikiran Umar, jika ia menyingkirkan/membunuh beliau, tentulah kaum Quraisy kembali tenang seperti semula. Tetapi di tengah perjalanan, ia bertemu dengan Nu'aim bin Abdulah yang memberitahukan kalau adiknya, Fathimah dan suaminya telah memeluk Islam. Nu'aim menyarankan agar ia mengurus kerabatnya sendiri saja, sebelum mencampuri urusan orang lain. Karena itu, tak heran jika kemarahan Umar itu tertumpah kepada keluarga adiknya ini.

Sebenarnya Sa'id melihat bahaya yang tampak dari sorot mata Umar. Tetapi keimanan yang telah merasuk seolah memberikan tambahan kekuatan yang terkira. Bukannya menolak tuduhan, ia justru berkata, "Wahai Umar, bagaimana pendapat anda jika kebenaran itu ternyata berada di pihak mereka ??"

Mendengar jawaban itu, Umar langsung menerkam Sa'id, memutar kepalanya kemudian membantingnya ke tanah, setelah itu Umar menduduki dada Sa'id. Sepertinya Umar ingin memberikan pukulan pamungkas untuk Sa'id, seperti kalau ia mengakhiri perlawanan musuhnya ketika sedang berduel di pasar Ukadz. Fathimah mendekat untuk membela suaminya, tetapi ia mendapat tinju keras Umar di wajahnya sehingga terjatuh dan darah mengalir dari bibirnya. Keadaan Sa'id sangat kritis, ia bukan lawan duel sebanding dengan Umar, dan ia hanya bisa pasrah jika Umar akan menghabisinya.

Tetapi tiba-tiba terdengar pekikan keras istrinya, Fathimah. Bukan ketakutan, tetapi pekikan perlawanan dan permusuhan dengan penuh keberanian, "Hai musuh Allah, kamu berani memukul saya karena saya beriman kepada Allah…! Hai Umar, perbuatlah yangkamu suka, karena saya akan tetap bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan bahwa Muhammad adalahRasullullah…!"

Umar tersentak bagai disengat listrik, pekikan itu seakan menembus ulu hatinya … terkejut dan heran. Umar bin Khaththab seakan tak percaya, wanita lemah ini, yang tidak lain adiknya sendiri berani menentangnya. Tetapi justru dari keheranan dan ketidak-percayaannya ini, amarahnya menjadi reda, dan kemudian menjadi titik balik ia memperoleh hidayah dan akhirnya memeluk Islam.

Sebagaimana sahabat-sahabat yang memeluk Islam pada masa awal, Sa’id bin Zaid merupakan sosok yang banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah, seorang alim yang sangat zuhud. Hampir tidak pernah tertinggal dalam berbagai pertempuran dalam menegakkan panji-panji keimanan. Ia tidak mengikuti perang Badar, karena saat itu ia ditugaskan Nabi SAW untuk tugas mata-mata ke Syam bersama Thalhah bin Ubaidillah. Tetapi beliau menetapkannya sebagai Ahlul Badr dan memberikan bagian ghanimah dari perang Badar, walau secara fisik tidak terjun dalam pertempuran tersebut. Ada tujuh sahabat lainnya seperti Sa'id, tidak mengikuti perang Badar, tetapi Nabi SAW menetapkannya sebagai Ahlul Badr.

Sa'id juga termasuk dalam kelompok sepuluh sahabat yang dijamin oleh Nabi SAW akan masuk surga dalam masa hidupnya. Sembilan sahabat lainnya adalah, empat sahabat Khulafaur Rasyidin, Abdurrahman bin Auf, Sa'd bin Abi Waqqash, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah dan Abu Ubaidah bi Jarrah R.Hum.

Sa'id sempat mengalami masa kejayaan Islam, di mana wilayah makin meluas dan makin banyak lowongan jabatan. Sesungguhnyalah ia pantas memangku salah satu dari jabatan-jabatan tersebut, tetapi ia memilih untuk menghindarinya. Bahkan dalam banyak pertempuran yang diterjuninya, ia lebih memilih menjadi prajurit biasa. Dalam suatu pasukan besar yang dipimpin oleh Sa'd bin Abi Waqqash, setelah menaklukan Damaskus,Sa'd menetapkan dirinya sebagai wali negeri/gubernur di sana. Tetapi Sa'id bin Zaid meminta dengan sangat kepada komandannya itu untuk memilih orang lain memegang jabatan tersebut, dan mengijinkannya untuk menjadi prajurit biasa di bawah kepemimpinannya. Ia ingin terus berjuang menegakkan kalimat Allah dan panji-panji kebenaran, suatu keadaan yang tidak bisa dilakukannyan jika ia memegang jabatan wali negeri.

Seperti halnya jabatan yang dihindarinya, begitu juga dengan harta dan kemewahan dunia. Tetapi sejak masa khalifah Umar, harta kekayaan datang melimpah-ruah memenuhi Baitul Mal (Perbendaharaan Islam), sehingga mau tidak mau, sahabat-sahabat masa awal seperti Sa’id bin Zaid akan memperoleh bagian juga. Bahkan khalifah Umar memberikan jatah (bagian) lebih banyak daripada bagian sahabat yang memeluk Islam belakangan, yaitu setelah terjadinya Fathul Makkah. Namun, setiap kali ia memperoleh pembagian harta atau uang, segera saja ia menyedekahkannya lagi, kecuali sekedarnya saja.

Namun dengan cara hidupnya yang zuhud itu, masih juga ada orang yang memfitnah dirinya bersikap duniawiah. Peristiwa itu terjadi pada masa pemerintahan Muawiyah, ketika ia telah menghabiskan sisa hidupnya hanya untuk beribadah di Madinah. Seorang wanita bernama Arwa binti Aus menuduh Sa’id telah merampas tanah miliknya. Pada mulanya Sa’id tidak mau terlalu perduli atau melayani tuduhan tersebut, ia hanya membantah sekedarnya dan menasehati wanita itu untuk tidak membuat kedustaan. Tetapi wanita itu tetap saja dengan tuduhannya, bahkan ia melaporkan kepada gubernur Madinah.

Marwan bin Hakam, gubernur Madinah yang masih paman dari Muawiyah, atas laporan Arwa bin Aus itu memanggil Sa’id untuk mempertanggung-jawabkan tindakannya. Setelah menghadap, Sa’id membantah tuduhan itu, ia berkata, “Apakah mungkin aku mendzalimi wanita ini (yakni merampas tanahnya), sedangkan aku mendengar sendiri Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang mendzalimi seseorang dengan sejengkal tanah, maka Allah akan melilitnya dengan tujuh lingkaran bumi pada hari kiamat kelak!!”

Sa’id memang meriwayatkan beberapa hadits Nabi SAW, termasuk hadits yang dijadikan hujjahnya itu. Ada hadits senada lainnya yang juga diriwayatkannya, yakni : Barang siapa yang berbuat dzalim terhadap sejengkal tanah, maka akan dikalungkan kepadanya tujuh lapis bumi, dan barang siapa yang terbunuh karena membela hartanya, maka ia mati syahid.

Kemudian Sa’id berbalik menghadap kiblat dan berdoa, “Ya Allah, apabila dia (wanita itu) sengaja membuat-buat kebohongan ini, janganlah engkau mematikan dirinya kecuali setelah ia menjadi buta, dan hendaklah Engkau jadikan sumurnya sebagai kuburannya…!!”

Beberapa waktu kemudian Arwa binti Aus menjadi buta, dan dalam keadaan seperti itu ia terjatuh ke dalam sumur miliknya sendiri dan mati di dalamnya. Sebenarnya saat itu Sa’id berdoa tidak terlalu keras, tetapi beberapa orang sempat mendengarnya. Mereka segera saja mengetahui kalau Sa’id bin Zaid dalam kebenaran, dan doanya makbul. Namanya dan kebaikannya jadi semakin dikenal, dan ia banyak didatangi orang untuk minta didoakan.

Seperti halnya jabatan dan harta kekayaan, ke-terkenal-an (popularitas) juga tidak disukai oleh Sa’id bin Zaid ini. Walaupun ia sebagai sahabat as sabiqunal awwalin, selalu berjuang dan berjihad di jalan Allah setiap kali ada kesempatan, dan menghabiskan waktu dengan ibadah ketika sedang ‘menggantungkan pedang’, bahkan telah dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW ketika masih hidup bersama (hanya) sembilan sahabat lainnya, tetapi ia tidak terlalu menonjol dan terkenal dibanding sahabat-sahabat lainnya yang memeluk Islam belakangan, seperti misalnya Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Salman al Farisi dan lain-lainnya. Hal ini terjadi karena ia memang lebih suka ‘menyembunyikan diri’, lebih asyik menyendiri dalam ibadah bersama Allah, walau secara lahiriah ia berada di antara banyak sahabat lainnya. Setelah peristiwa dengan Arwa bin Aus dan banyak orang yang mendatangi dirinya, Sa’id merasa tidak nyaman. Apalagi kehidupan kaum muslimin saat itu, walau tinggal di Madinah, tetapi makin banyak saja yang ‘mengagung-agungkan’ kemewahan dunia. Jejak kehidupan Nabi SAW dan para sahabat masa awal, baik dari kalangan Muhajirin ataupun Anshar, yang selalu sederhana dan zuhud terhadap dunia sedikit demi sedikit mulai memudar. Karena itu Sa’id pindah ke daerah pedalaman, yakni di Aqiq, dan ia wafat di sana pada tahun 50 atau 51 hijriah. Tetapi jenazahnya dibawa pulang ke Madinah oleh Sa'd bin Abi Waqqash dan Abdullah bin Umar, keponakannya sendiri, kemudian dimakamkan di Baqi, di antara beberapa sahabat Rasulullah SAW lainnya.

Sabtu, 04 Juli 2015

Makna mendalam sebuah cikal

BUKAN SEKADAR LAMBANG “ TUNAS KELAPA”
Salam Pramuka
Jika berbicara tentang tunas kelapa tentu sudah banyak  yang mengetahui  tanaman satu ini. Tunas kelapa merupakan lambang gerakan pramuka. Dilihat dari bentuknya mungkin  tidak ada yang istimewa dari tunas kelapa.  Tapi mengapa tunas kelapalah yang dipilih sebagai lambang gerakan pramuka? Pasti akan timbul sebuah pertanyaan mengapa tunas kelapa? Mengapa bukan pohon yang lain? Pohon mangga, pohon rambutan, bahkan pohon durian pun bisa. Yap,karena tunas kelapa tumbuhan yang sederhana, tapi memiliki banyak makna. Bila dilihat dari arti yang tersimpan dibalik lambang mungkin sudah banyak yang tahu. Arti kiasan lambang pramuka diantaranya:
1. Buah nyiur dalam keadaan tumbuh dinamakancikal
2. Buah nyiur dapat bertahan lama dalam keadaan yang bagaimanapun
3. Nyiur dapat tumbuh di mana saja
4. Pohon nyiur tumbuh lurus ke atas
5. Akar pohon nyiur tumbuh kuat dan erat dalam tanah
6. Nyiur adalah pohon yang serbaguna, dari akar sampai ujung atas pohonnya
Itulah makna kiasan dari tunas kelapa. Di samping itu tunas kelapa juga meninggalkan pesan penting bagi kita semua agar  kita hidup seperti pohon kelapa bukan maksud secara fisik tapi secara kegunaan.  Hidup kita harus bermanfaat untuk orang lain. yah.. saya harap tulisan singkat ini bisa bermanfaat untuk pembaca.  :)

Teguh Laksono



Kak Teguh kelahiran Wonogiri 1990 merupakan Tokoh pramuka UPY yang pada masanya mejabat selaku ketua dewan racana Arjuna. Ia adalah tokoh yang setia berusaha menghidupkan pramuka UPY. Tahun 2010 adalah tahun sejarah, perubahan nama racana di pelopori oleh kak teguh dewan racana yang lainya seperti kak tri cahyono, kak Sri Atun, kak yuniati dan kakak kakak yang lain yang admin belum mengenalnya, perubahan nama racana yang mulanya dewa ruci-srikandi menjadi racana arjuna srikandi, nama tersebut secara syah di legalkan oleh kwarcab bantul.
Kak Teguh memimpin rekan rekanya dengan susah payah, beliau yang saat itu menjabat KDR, menjabat ketua Tekwondo, menjabat ketua HPM BK susah payah memajukan pramuka,  dalam perjalanannya Pramuka UPY menjadi tanda tanya besar antara hidup dan mati seperti yang di persentasikan beliau saat ospek 2012. Anggotanya tinggal 3 orang yang bertahan. Tapi dalam perjuanganya ia merasa lega ketika angkatan 2012 hadir dengan semangat revolusi berikrar untuk sepenuhnya mengabdi di pramuka upy. kak teguh di kenal sebagai Seorang aktivis mahasiswa, yaitu di ukm mapala, upy,ukm musik upy, racana upy, bem upy, hmp bk upy, ukm teakondow upy, ia sangat menikmati perjungan mengkritisi kebijakan kebijkan yang merugikan mahasiswa.