Diana
(Oleh Nur Ihsani
Rahmawati)
Diana
adalah seorang gadis yang hidup sederhana bersama kedua kakaknya. Kedua orang
tua Diana sedang bekerja di luar pulau Jawa, jauh dari tempat tinggal Diana.
Diana termasuk dalam orang yang berkecukupan. Kedua kakaknya duduk di bangku
kuliah. Diana sekarang baru menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama atau
sering disingkat SMP. Ia sekolah di salah satu SMP favorite di daerah tempat
tinggalnya.
Kakak pertamanya bernama Dieno,
seorang laki-laki berparas tampan yang sangat disayangi Diana. Dieno lahir dua
tahun sebelum Nino, kakak keduanya. Mereka berparas tampan, bermata bulat,
berbulu mata lentik, dan beralis tebal seperti ulat bulu. Sama seperti Ibu
mereka, Dieno, Nino, dan Diana berbadan tinggi, berkulit putih dan agak gemuk.
Terturun dari Ayah mereka.
“Kak, punya uang nggak? Aku pinjem
dulu ya?” tanya Diana esok hari di meja makan saat mereka sarapan dengan muka
memelas.
“Kak Nino nggak punya. Uang kakak
udah dipinjam temen kakak yang setiap malam minggu kesini itu lho. Soalnya,
orang tuanya lagi cerai dan dia nggak keurus. Maaf ya dek” jelas Nino pada
adiknya itu.
“Berapa? Aku adanya cuman seratus
ribu.” potong Dieno setelah Diana memohon padanya.
“ Nggak papa kok Kak, aku Cuma mau
pinjem limapuluh aja.”
Dieno merogoh saku celana jeansnya
yang berwarna biru dongker itu. Dengan muka yang sedikit berbinar, Diana
menerimanya.
“Kerimakasih ya Kak. Aku berangkat
bareng kamu lho. Kak Nino kuliah jam berapa?” tengok Diana setelah ia
mengucapkan terimakasih.
“Nanti siang.”
“Yaudah yuk kak Dien. Ntar aku telat
lagi” ajak diana sambil menengok jam tangan pink kesayangannya dan memakai tas
pinknya. Diana memang sangat suka dengan warna pink. Entah apa yang membuatnya
suka. Tetapi Diana tidak bersifat kekanak-kanakan yang berbalik sekali dengan
lambang warna yang disukainya itu. Hanya saja, Diana percaya sekali dengan
ramalan bintang.
Dienopun menuju garasi untuk
mengambil kendaraan yang akan ditungganginya dan adiknya. Diana menuju depan
rumah untuk menunggu kakaknya. Setiap hari, Diana selalu canggung dan tidak percaya
diri untuk bersekolah. Diana merasa, Dia seperti serba salah jika di sekolah
karena masalah yang pernah menimpanya.
“Eh iya. Aku ada sms nih.”
Leo,
ramalan bintang minggu ini, kamu harus hati-hati dengan apapun yang kamu
lakukan. Tetap percaya diri dengan apapun kesalahan kamu. Perbaiki aja
kesalahan yang kamu perbuat. Jangan dipikirin apapun masalah kamu. Hadapi sajalah.
Semoga harimu menyenangkan.
“Yuk brangkat. Hati-hati nyetir
motornya lho Kak. Aku nggak suka keburu-buru” omel Diana pada kakaknya setelah
ia membacakan sms ramalan bintang itu.
“Iya-iya, Putri aneh,” ejek Dieno.
Itulah kebersamaan Diana dengan
kakaknya. Diana paling akrab bersama Dieno yang sering dipanggil Dien olah
Diana. Mereka akrab karena sering hangout
bareng. Di sekolah, mereka sama-sama tidak terlalu disegani olah
teman-temannya. Labih tepatnya, menjauh. Karena mereka pernah melakukan sebuah
kesalahan yang membuat mereka jadi kurang percaya diri untuk bergaul. Itulah
yang membuat mereka akrab. Senasib. Berbeda dengan Nino. Nino senang
berorganisasi di kampusnya sehingga membuat Nino banyak teman. Bahkan teman
Ninopun banyak juga yang bukan sekampus.
“Makasih kakak. Assalamualaikum.
Nanti biar Kak Nino yang jemput,” ucap Diana sambil berjabat tangan dengan
kakaknya itu. Diana berlalu meninggalkan kakaknya dan masuk ke kelas.
Di kelas, Diana duduk seperti biasa.
Diana biasa duduk dibangku pojok tempatnya. Diana hanya pindah, ketika salah
satu temannya menduduki bangkunya terlebih dahulu sebelum Diana. Diana duduk
bersama temannya bernama Vida. Vida adalah satu-satunya teman yang selalu bersamanya.
Vida selalu setia karena mereka senasib. Mereka tidak teralu disegani
dikelasnya.
Salah satu kelemahan Diana adalah
malas. Pagi ini Diana belum mengerjakan PR dan ia mengerjakannya di sekolah.
Apa lagi mata pelajaran ini adalah jam pertama. Ditambah, ini adalah mata
pelajaran yang sangat Diana tidak suka, yaitu sejarah. Anehnya, Diana selalu
mengerti jika dijelaskan oleh guru mereka. Diana sangat tidak suka dengan mata
pelajaran ini karena ia selalu salah dimata guru. Oleh karena keanehan
tersebut, Diana selalu memperolah nilai yang cukup baik saat ulangan. Diana
sangat tidak suka dengan sejarah juga karena ia selalu tidak dimengerti.
Ditambah jika saat guru menjelaskan, guru selalu bertempat berbalik arah yang
menyebabkan Diana tidak kelihatan catatan guru dipapantulis. Sebenarnya, Diana
suka dengan mata pelajaran ini. Namun, Diana selalu dibuat kesal dan emosi
sesaat.
Guru sejarah adalah guru yang
termasuk kategori guru paling galak di sekolahnya. Diana juga selalu apes dengan nomer absennya karena
termasuk nomor absen yang disukai guru sejarah yaitu tiga puluh tiga. Yang
merupakan angka terakhir diantara nomor absen teman sekelasnya. Ditambah dengan
ketidakaktifannya dalam pelajaran sejarah. Diana termasuk siswa yang kurang
aktif untuk bertanya saat kegiatan belajar mengajar pelajaran sejarah. Oleh
karena itu guru selalu menunjuk siswa yang kurang aktif saat diberi pertanyaan
yang sulit dan tiada yang mau menjawab selain ditunjuk.
Keberuntungan hari ini adalah, tidak
ada yang ditunjuk saat ada pertanyaan contoh penjelasan asal mula manusia.
Tetapi, ketidakberuntungan Diana, hari ini kelas mereka disuruh membut kelompok
untuk mencari materi di perpustakaan sekolah. Itu adalah moment yang sangat
dibenci Diana. Diana membencinya karena Diana selalu terpilih akhir saat
pembagian. Apalagi jika itu pilihan. Membuat Diana selalu sakit hati dan
bersedih. Diana paling tidak suka itu. Untuk menghindari moment yang
dibencinya, Diana pergi ke perpustakaan terlebih dahulu. Perpustakaan adalah
tempat perenungan Diana. Diana ingat dengan pesan yang ada di SMS ramalan
bintangnya, “jangan dipikirin apapun masalah kamu. Hadapi saja”. Dianapun
mencari buku yang cocok untuk menghindari ketidak sibukannya. Diana suka sekali
dengan Novel. Ditambah dengan Novel yang berbau islami. Dianapun pergi
meninggalkan perpustakaan dan menuju kelas.
Sesampainya dikelas, pembagian
kelompok sudah selesai. Tidak seperti biasanya karena biasanya saat pembagian
kelompok, waktu hanya akan habis untuk berdebat. Diana melihat-lihat dan
mencari namanya. Diana ada di kelompok 3 bersama sepuluh teman lainnya termasuk
Vida.
Teman-teman Diana sudah bersiap-siap
untuk menuju perpustakaan. Satu-satu dari mereka keluar meninggalkan kelas. Diana
juga termasuk dalam kategori tidak aktif jika digabungkan dengan teman-temannya.
Dia lebih suka bekerjaa sendiri karena Dia merasa lebih gesit jika Dia sendiri.
Saat Diana sedang mancari buku, dia
tersengat lebah yang sarangnya kebetulan menempel pada rak buku. Diana tidak
sengaja menjatuhkan tumpukan buyku yang ada diatas rak. Sehingga semua tumpukan
buku yang seharusnya tersusun rapi, berubah mejadi hamparan buku yang tidak
rapi diatas lantai. Sontak secara tidak sengaja, semua orang yang ada di ruang
itu kaget dan menengok ke arah Diana. Penjaga perpustakaan yang kenal baik
dengan Dianapun datang dan mengobati Diana.
“Hidih....Anak manja buat kisruh
lagi nih,” ejek salah satu teman Diana.
Kesukannnya pada warna pink,
membuatnya diejek menjadi anak manja. Padahal, sebenarnya Diana hanya tertarik
pada warna pink karena warna pink dapat menyejukkan hati. Bukan berarti Diana
anak manja. Diana memang orangnya agak lola. Itu adalah salah satu juga
penyebab mengapa Diana selalu diejek Anak manja. Ditambah lagi dengan kesalahan
Diana. Diana selalu melakukan kesalahan yang secara tidak sengaja yang membuat
dia malu dan tidak percaya diri atas kelakuannya. Tangan yang tersengat lebah
sudah diperban dan Diana membereskan semua buku yang berserakan di lantai
dibantu oleh penjaga perpustakaan.
Setelah bel berbunyi untuk ganti
pelajaran, dan mata pelajaran sejarahpun sudah berakhir, mereka kembali ke
kelas mereka dengan hasil materi seadanya.
Disekolah, Diana mengikuti ekstra
kulikuker mading. Kecintaannya pada sastra dan keterampilan, membuatnya ingin
mengikuti ekskul itu. Pulang dari sekolah, Diana membeli peralatan dan bahan
untuk mading minggu depan.
Diana
selalu eksis dalam bidang kesastraan, khususnya cerpen. Hobinya yang selalu
menulis cerpen, membuatnya ingin selalu mengapresiasi dan menyalurkan hobinya
itu dalam majalah dinding sekolahnya. Diana juga yang selalu memberi bahan dan
ide-ide tema untuk mading mereka jika kehabisan ide atau butuh bahan.
Diam-diam, Diana mendaftarkan
dirinya untuk mengikuti lomba cerpen di majalah ternama di Jogja. Ia meminjam
uang kepada kakaknya, untuk biaya pendaftaran. Dan hanya Diana yang tahu soal
rencananya untuk lomba.
Setelah pulang ekskul, Diana
dijemput oleh kakaknya Nino yang kebetulan juga akan berangkat ke kampus.
Setelah sampai di rumah, Diana
berganti baju dan menuju ruang depan. Diana menonton televisi serambi mengobrol
dengan Dieno.
“kak” panggil Diana memulai obrolan.
“he’em” sambil mengemil, Dieno
menanggapi Diana.
“caranya buat PD giamana sih kak?”
tanya Diena dengan sedikit memaksa.
“acuhin aja semua kesalahan kamu
setelah kamu perbaiki dan tidak melakukannya lagi. Acuhin aja kata-kata orang
yang membuat kamu sakit hati dan nggak PD. Well, makan yuk. Ke mana kek gitu.
Kakak lapar nih”
“yuk. Aku siap-siap dulu ya. Tunggu
lho.”
Sambil keluar rumah, Dieno menunggu
Diana di depan rumah. Setelah Diana naik, merekapun melaju dengan kencang
meninggalkan rumah mereka yang sepi.
Setelah sampai dan memesan makanan,
Diana memulai pembicaraan lagi.
“kak, boleh curhat?”
“eh, tadi uang kakak buat apa?”
“buat beli bahan mading. boleh?”
“enggak. Jujur ya, kakak kalo di
kampus itu nggak PD. Bahkan kakak selalu menjauh kalo ada temen yang mau
ngedeket.” Itulah alasan mengapa Dieno jomblo. Selalu menjauh bila ada yang
mendekat.
“seharusnya, kakak itu nggak boleh
kayak gitu. Walaupun nggak PD, paling enggak kan kakak punya temen ato pacar
yang bisa nemenin kakak setiap saat. Kak, PD itu penting lho.”
“kamu. Ngomong aja mah gampang kali.
Kakak tapi nggak bisa. Yaudah, dimakan dulu deh tuh makanannya.”
Merekapun melahap makanan yang
barusan di antar oleh pelayan. Setelah itu, Dieno mengajak Diana pulang.
“Yaudah deh, pulang yuk. Kakak dah
kenyang.”
“oke. Yuk.”
Setelah di pintu keluar, mereka
bertemu Nino. Diana melihat seseorang yang bersama Nino. Seperti ia tak asing
dengan mukanya. Itu adalah teman yang suka mengejeknya. Namanya Dana. Dana
adalah orang yang tadi mengejek Daiana saat Diana menjatuhkan tumpukan buku.
Sontak Diana kaget. Dieno menyapa Nino.
“eh, kakak sama Diana! Kenalin kak,
dek, ini adeknya temen aku yang tadi aku ceritain. Namanya Dana”
Dengan muka malu dan memerah, Dana
berjabat tangan dengan Diana dan Dieno.
“eh, Dana. Kamu adeknya temennya
kakakku toh. Aku malah baru tahu lho. Hi Dan” sapa Diana pada Dana.
“ehmm, eh, iya” dengan sedikit
gugup, Dana menjawab.
“oh, kalian udah saling kenal to.
Begus deh”
“iya kak, Dana ini temen satu
kelasku. Dia baik lho kak.”
“yuk kita ngobrol di dalem aja.”
“yuk.!”
Setelah mereka masuk dan duduk,
Diana memulai pembicaraan.
“Dan, emang rumahmu dimana?”
“di deket sini aja kok” jawab Dana
singkat.
Setelah sedikit lama berbincang,
Deino mengajak Diana untuk pulang. “ya udah. Kita duluan ya No. Ayo Dek” ajak
kak Dieno yang sedari tadi menunggu mereka selesai bicara.
“oh, iya kak. Ayo”
Pyur...... secara tidak sengaja,
Diana menumpahkan segelas minuman Dana yang membasahi baju Dana.
“aduh, sorry Dan!”
“eh, nggak papa kok” dengan menahan
sedikit amarah, Dana menjawab.
Cepat-cepat Diana mengambil tisu dan
membersihkan baju Dana. Setelah itu, Dieno dan Diana meninggalkan Dana dan Nino
yang meneruskan obrolan.
###
Setelah pagi menjelang, Diana
menjadi canggung dan tidak PD untuk masuk sekolah karena kesalahannya kemarin.
Ia berfikir, bagaimana jika Dana
menceritakan kejadian kemarin? Bagaimana jika teman-teman sekelas Diana sedang
membicarakannya? Bagaimana jika teman-temannya semakin tidak suka dengan Diana?
Diana mulai berfikiran negatif yang membuat dirinya sendiri semakin
canggung masuk kelas.
Saat memasuki pintu gerbang, Diana
tidak langsung menuju kelas. Diana menunggu bel masuk kelas dengan membaca buku
di perpustakaan. Di perpustakaan, Diana menulis motivasi untuk dirinya sendiri
di buku apresiasinya. Lebih tepatnya, buku Diary.
Bel berbnyi dengan kerasnya hingga
mengagetkan Dia. Diana segera memasuki ruang kelas. Tempat duduknya sudah
ditempati. Ia lalu duduk di pojok belakang. Meja sebelahnya, Dana. Diana
berjalan dan tidak memperhatikan Dana. Diana masih merasa bersalah sekali
setelah kejadian kemarin.
Hari ini terdapat pelajaran PPKn.
Guru menyuruh membuat sebuah kelompok. Ketua kelas menuju depan kelas dan
menulis semua kelompok yang sudah dibaginya. Diana sekelompok dengan Dana.
Biasanya Dana selalu mengeluh dan menolak. Tetapi, anehnya hari ini malah Dana
bersikap biasa saja.
Anggota kelompok berjumlah empat
orang. Yaitu Diva, Diana, Dana, dan Gina, teman Diana yang termasuk kategori
siswa eksis berorganisasi. Dua orang dari setiap kelompok, disuruh ke
perpustakaan untuk meminjam beberapa buku referensi. Diva dan Gina bersedia.
Dikelas, Diana semakin canggung dan malu. Diana canggung karena tinggal mereka
berdua. Diana memulai pembicaraan.
“Eh, em, Dan, maaf soal kemarin ya.”
“ya. Gak papa kok. Yaudah, lupain
aja. Sejak kejadian kemarin, aku sadar bahwa seburuk-buruk manusia, ia tetap
yang terbaik. Kamu adalah orang yang baik banget. Diana, apapun kesalahan kamu,
sekarang nggak usah khawatir. Aku akan selalu ngebela kamu. Kalo nggak ada kamu
dan kakak kamu, aku sama kakakku nggak akan bisa makan dan uang buat bayar
kos-kosan kakakku. Yang penting, kita nggak akan melakukan kesalahan itu dan
memperbaikinya aja. Nggak usah difikirin. Kesalahan nggak selalu berujung
kebencian. Justru kita harus menjadikan kesalahan sebagai pengalaman yang bisa
memberi pengetahuan dan perbaikan. Ya udah, sekarang kita ngerjain soal ini
sebisa kita aja.”
“aku nggak nyangka lho. Kamu bijak
banget. Makasih Dana, udah ngasih aku motivasi” dengan muka berbinar-binar,
Dana menerima pujian Diana.
“yeee.... baru nyadar sekarang? oke,
sekarang berarti kita teman ya.” Sambil mengunjukkan kelingkingnya, Dana
mengatakan ajakannya.
“oke.” Dianapun membalas ajakan
Dana. Diana mengunjukkan kelingkingnya.
###
Siang
yang cerah dengan sedikit awan mendung yang menyelimuti, seperti menggambarkan
raut wajah Diana yang senang karena bahagia dan sedikit sedih karena sudah
rindu kepada orang tuanya. Ia ingin cepat-cepat pulang untuk belajar dan
melewati hari ini agar cepat menuju hari esok.
Diana
kaget ketika ia mendapati orangtuanya yang sedang menunggunya dari tadi. Dengan
perasaan sedikit beramarah karena tidak diberi kabar bercampur dengan rasa
ceria, Diana memeluk kedua orang tuanya.
“mamah! Kok ada disini? Kapan mamah
nyampe Jogja?”
“itu tadi, yaudah kita pulang yuk!
Tu dah ditunggu papah di mobil. Tapi, sebelum itu, kita jemput kak Dieno dulu
ya! Soalnya, kak Dieno, tadi berangkat Cuma pake angkot. Yuk!” dengan senyum
yang manis, Ibu Diana mengajak Putri kesayangannya itu pulang.
Setelah sampai kampus, Ibu Diana
menyuruh Diana untuk memanggil kakaknya. Dianapun mencari-cari ruang kelas
kakaknya itu. Diana melihat sosok kakaknya di kantin sekolah. Diana langsung
menghampiri pemuda yang sendrian itu.
“kak!”
Dieno menengok. “oh, Diana. Kok
Disini?”
“mamah nyuruh aku manggil kakak. Yuk
pulang!” ajak Diana.
“Dieno. Tunggu!” seorang Gadis
berwajah imut mendatangi Dieno.
“eh Aya. Ada apa?” jawab Dieno
singkat.
“aku boleh main kerumahmu nggak
besok? Sama temen-temen juga. Boleh?”
“iya aja kak! Bagian dari PD lho.”
Ejek Diana
“oke. Nggak papa kok!” jawab Dieno.
Gadis yang bernama Aya itupun pergi
meninggalkan kaka beradik itu. “ye. Ngejek banget sih kata-kata lu.” Omel Dieno
pada Diana.
“jadi, sekarang kakak udah nggak
menjauh? Cie, yang sekarang udah punya banyak temen. Aku juga udah baikan lho
kak sama temen aku. Namanya Dana. Yang kemaren ketemu.”
“emang di sekolah kalian nggak akur
ya?”
“sebenernya, iya. Soalnya pasti kalo
dideket dia, aku ngelakuin kesalahan. Sekarang Dia dah baikan sama aku.
Ternyata, Dia orangnya baiiik banget”
“lebai kamu. Yaudah ah, yuk! Dah
ditunggu mamah sama papah kan?”
“kok kakak tahu? Curang nih. Jadi
cuman aku yang nggak tahu mereka dah sampe Jogja tadi pagi?”
“hehe, iya. Lagian kan juga kamu
nggak bawa HP pas sekolah. Jadi kamu nggak tahu deh”
“iya deh. Aku kalah. Lebih tepatnya
sih, ngalah. Hehe”
“yeee.”
Sesampainya dirumah, Diana
mendapatkan telefon dan Dia mendapat kabar gembira. Diana mendapatkan hadiah
dari lombanya karena dia menang juara dua. Ditambah lagi, cerpen karyanya
termuat dalam majalah yang mengadakan lomba. Semua keluarga Diana menyalami
Diana. Mereka bangga mempunyai anggota keluarga yang bisa mengharumkan nama
keluarga.
Keesokan harinya, semua teman-teman
Diana termasuk Dana menyalami dan menyelamati Diana karena telah menang lomba.
Semua guru yang mengajar kelasnya juga tak lupa menyelamati Diana karena telah
mengharumkan nama sekolahnya. Diana sekarang tidak lagi canggung untuk
menghadapi kenyataan hidupnya. Kebahagiaan Diana menjadi sempurna jika ditambah
dengan kehadiran orang tuanya dan kebersamaannya dengan teman-temannya. Diana
sadar bahwa kesalahan bukanlah penghambat untuk masa depan. Kita hanyalah cukup
memperbaiki dan tak melakukannya lagi. Dan, dibalik cobaan, selalu ada skenario
Indah dari Tuhan. Juga nasib, yang sebenarnya menentukan Tuhan tetapi kita
harus menyikapinya dengan baik dan selalu menyukurinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar